"Kemungkinan kuman yang ada di dalam keong bersumber dari airnya, karena uji sampel air yang digunakan untuk memasak Tutut mengandung E.coli juga," kata Rubaeah kepada Antara, Rabu.
Menurutnya, ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan keong mengandung kuman E.coli, Shigella, dan Salmonella. Kuman yang ada di Keong sawah kemungkinan dari awal sudah mengandung kuman, atau dalam pengolahannya yang sudah terlalu lama, atau sudah basi, atau kemungkinan lainnya bisa bersumber dari bakteri dalam air.
"Karena sumber airnya jelas mengandung E.coli, dan mineral mangan," katanya.
Selain itu, lanjutnya, dari tinjauan di wilayah, sumber air yang dipakai oleh pembuat Tutut menggunakan air sumur yang jaraknya dengan Sapti tank (tangki kotoran) kurang dari dua meter.
Untuk itu, lanjut Rubaeah, perlu untuk bekerja sama dengan stakeholder terkait seperti lurah, camat, RT dan RW untuk mengantisipasi kejadian berikutnya, yang kumannya bersumber dari air.
"Sumber airnya mengandung E.coli, kami akan melakukan pantauan di wilayah untuk memastikan sumber air yang digunakan oleh masyarakat bersumber dari sumur atau PDAM," katanya.
Selanjutnya, kata Rubaeah, pihaknya sudah memberikan sosialisasi ke masyarakat agar jarak sumber air dengan sapti tank minimal harus tujuh meter.
"Kami berharap kalau sumber air yang digunakan masyarakat sekitar adalah sumur, kami akan berkoordinasi dengan PDAM untuk mendistribusikan air, atau masyarakat bisa gunakan air sumur itu tetapi pengolahannya harus sampai mendidih," kata Rubaeah.
Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018