Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur tambahan Rabu ini, untuk mengantisipasi risiko eksternal terutama kenaikan suku bunga acuan kedua The Federal Reserve pada 13 Juni 2018.
"Ini merupakan kebijakan pre-emptive (antisipatif), dan ahead of the curve (selangkah lebih maju) dan frontloading untuk meresponS risiko dan tekanan eksternal," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu.
Perry juga menegaskan arah (stance) kebijakan moneter BI saat ini telah berubah menjadi "bias ketat" dari sebelumnya "normal".
"Stance kami dari yang sebelumnya netral kini menjadi `bias ketat`, namun belum sampai ke arah `ketat`," ujar Perry.
Dengan kenaikan suku bunga "7-Day Reverse Repo Rate" pada RDG tambahan ini, maka suku bunga penyimpanan dana perbankan di BI (Deposit Facility) juga dinaikkan menjadi empat persen, sedangkan suku bunga penyediaan dana dari BI ke perbankan (Lending Facility) sebesar 5,5 persen.
Perry menegaskan kenaikan suku bunga acuan,--yang hanya berselang dua pekan dari kenaikan pertama kali--, sejak sembilan bulan lalu ditempuh untuk menstabilisasi nilai tukar rupiah dan mengantisipasi kenaikan kedua suku bunga acuan The Federal Reserve menjadi 1,75-2 persen pada 13 Juni 2018.
Pada 17 Mei lalu, Bank Sentral sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps ke 4,5 persen pada RDG 17 Mei lalu. Namun, kenaikan tersebut sepertinya kurang berdampak karena rupiah masih melanjutkan tren depresiatif.
Setelah Perry dilantik dan dua hari selanjutnya mengumumkan akan menggelar RDG tambahan, rupiah bergerak menguat, dengan level apresiasi yang mendekati satu persen. Namun sepanjang 2018, rupiah masih melemah di kisaran 3-4 persen (year to date/ytd) terhadap dolar Amerika Serikat.
Bank Sentral pada Rabu ini juga mengatakan sedang menyiapkan relaksasi kebijakan makroprudnesial di bidang pembiayaan perumahan dan juga pendalaman pasar keuangan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Pendalaman pasar keuangan terutama di bidang infrastruktur," ujarnya.
Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto mengatakan kenaikan suku bunga acuan ini memang akan memberi pengaruh kepada suku bunga kredit perbankan. Namun, dia meyakini kenaikan suku bunga kredit tidak akan terjadi secara serta-merta dan dalam waktu cepat. BI masih meyakini pertumbuhan kredit perbankan tahun ini di 10-12 persen (yoy).
"Kenaikan ini tidak serta merta diikuti dengan jumlah yang sama. Bagaiamana perkiraan pertumbuhan kredit ini? Kalau kita melihat pertumbuhan kredit ini, kita belum memberikan perubahan untuk target pertumbuhan kredit," ujar dia.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018