Bogor (ANTARA News) - Dinas Kesehatan Kota Bogor, Jawa Barat, menyampaikan hasil uji laboratorium sampel "tutut" atau keong air tawar yang menyebabkan 108 warga keracunan positif mengandung bakteri.

"Hasil uji laboratorium Labkesda hasil pemeriksaan sampel keracunan, positif di keong mengandung Shigella, E.coli dan Salmonella," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Rubaeah kepada Antara, Selasa.

Selain hasil uji lab pada "tutut" atau keong air tawar atau dikenal juga dengan nama keong sawah (pila ampullacea), air yang digunakan untuk memasak keong tersebut teruji mengandung coliform dan logam Mn (mangan).

"Sampel `tutut` yang diuji lab itu dalam posisi sudah matang," kata Rubaeah.

Rubaeah menjelaskan, bakteri seperti E.coli, Salmonella dan Shigella dapat berkembangbiak dengan cepat di dalam keong yang tidak diolah atau dimasak dengan baik.

"Jika pengolahan tidak memenuhi standar higienis dan sanitasi, menimbulkan kuman yang menyebabkan gejala-gejala keracunan itu, mual, muntah, diare dan panas demam," katanya.

Sementara itu, air yang mengandung mangan (Mn) jenis mineral jika dikonsumsi berlebihan dapat berbahaya untuk fungsi ginjal.

Ia mengatakan, gejala keracunan, mual, muntah, diare, demam dan panas tinggi apabila tidak ditangani dengan cepat bisa mengakibatkan seseorang meninggal dunia.

"Karena mual, muntah, diare memicu dehidrasi atau sepsis," kata Rubaeah.

Rubaeah mengatakan, penyebab keracunan yang dialami warga RW 007, Kelurahan Tanah Baru berasal dari keong sawah yang mengandung bakteri Ecoli, Salmonella dan Shigella.

"Bakteri-bakteri ini berasal dari pengolahan yang kurang baik. Makanya gejalanya hebat," katanya.

Rubaeah mengatakan, keong merupakan makanan yang mudah terkontaminasi kuman. Jika cara pengolahan tidak baik, dapat memicu gejala tersebut.

Apalagi hasil survei di lapangan, rumah tempat pengolahan "tutut", jarak antara "septic tank" dan tempat pengolahan sangat dekat.

Saat ini Dinas Kesehatan masih menunggu hasil uji laboratorium untuk sampel rectal swab dari korban keracunan dan pemasak "tutut" serta sampel muntahan yang membutuhkan waktu lebih lama dari sampel "tutut".

Rubaeah menambahkan, dengan adanya kasus ini, Dinas Kesehatan Kota Bogor mengintensifkan penyuluhan kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup sehat.

"Memastikan memilih makanan yang sehat sumbernya dan baik pengolahannya," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018