Seoul (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan ikut prihatin yang mendalam kepada Pemerintah Republik Korea Selatan (Korsel) atas penculikan 23 warganya oleh kelompok militan Taliban di Afghanistan. Pernyataan itu disampaikan langsung Presiden Yudhoyono dalam pertemuan bilateral dengan Presiden Korsel, Roh Moo-hyun, di Istana Kepresidenan Cheong Wa Dae di Seoul, ibukota Korea Selatan, Selasa. "Presiden menyampaikan prihatin atas kasus penyanderaan 23 misionaris Korea Selatan di Afghanistan, dan mengharapkan hal itu bisa diselesaikan dengan damai dan sandera bisa dilepas dengan selamat," kata Juru Bicara Kepresidenan, Dino Patti Djalal, menyampaikan isi pertemuan bilateral tersebut. Namun, menurut Dino, Pemerintah Indonesia tidak bisa melakukan langkah apa pun untuk membantu Pemerintah Korsel membebaskan warganya itu, karena Pemerintah Indonesia tidak memiliki hubungan dengan Taliban. Pada Kamis (19/7), Taliban menghentikan bus di jalan raya Kabul-Kandahar, dan menculik sejumlah warga Korea Selatan yang terdiri atas 18 wanita dan lima pria di distrik Qara Bagh, di provinsi selatan Ghazni. Setelah menawan warga Korea itu, Taliban pada Sabtu (21/7) menuntut, agar 200 tentara Korsel ditarik dari negara tersebut, dan menegaskan hal itu tak boleh ditunda sampai akhir tahun 2007. Sedikit-dikitnya 210 prajurit Korsel ditempatkan di Afghanistan, selain sekitar 200 orang Korsel yang bekerja pada organisasi-organisasi internasional atau untuk keperluan-keperluan lainnya. Para pemberontak Taliban juga meminta, agar para tahanan Taliban segera dibebaskan dengan ditukar para tawanan Korsel tersebut. Pemerintah Korsel saat ini sedang berunding melalui berbagai saluran langsung atau tak langsung dengan kelompok militan Taliban bagi pembebasan 23 warga Korsel yang diculik itu. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007