Tulungagung (ANTARA News) - Sosok Irma Novianingsih, mahasiswi jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung, dulu dikenal sebagai anak pendiam dan tertutup, demikian diungkap salah satu rekan sekampus perempuan yang dideportasi dari Suriah dan diduga terkait jaringan ISIS.
Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Tadris Matematika angkatan 2014, Agus Ali Mashuri dalam kesaksiannya di hadapan Rektor III IAIN Tulungagung Abad Badruzzaman, Senin mengungkapkan bahwa Irma di awal perkuliahan hanya bergaul dengan teman dekatnya saja.
"Irma ini anak yang tertutup dengan pakaian gamis dan kerudung lebar dan besar," tutur Agus Ali Mashuri, dalam kesaksian tertulis yang dibacakan Abad Badruzzaman.
Kebetulan Ali sekelas dengan Irma di kelas Matematika F. Namun ia mengaku tak mengenal dekat dengan mahasiswi asal Desa Dukuh, Kecamatan Gondang, Tulungagung tersebut.
Selama di kampus, Irma seperti membatasi pergaulannya dengan teman-teman tertentu yang telah dikenalnya baik.
"Di kelas Matematika F, hanya Irma yang berbapakaian seperti itu (gamis dengan kerudung besar dan lebar)," lanjut Ali.
Pakaian yang serba tertutup itu membuat Ali yang juga ketua kelas Matematika F mengira Irma sebagai pribadi yang displin, cerdas dan tekun belajar.
Namun dugaanya meleset. Menurut Ali, teman kampusnya yang kini dikarantina di Rutan Bambu Apus, Jakarta Timur usai dideportasi dari Suriah karena diduga terlibat jaringan ISIS itu justru sering terlambat masuk kuliah.
Tugas-tugas perkuliahan juga acapkali tidak dikerjakan, meskipun fkta akademik nilai Irma pada semester I-V selalu di atas IP 3,2.
"Tidak hanya Irma, teman-temannya juga sering terlambat," ujar Ali.
Setelah empat semester menjalani perkuliahan bersama, Ali mulai curiga dengan aktivitas Irma yang terkesan eksklusif.
"Pada semester IV ini saya mendengar Irma sempat mengajak teman-temannya latihan memanah. Sejak itu saya sadar, muncul pemahaman bahwa yang mereka lakukan ini mungkin aliran baru," kata Ali.
Kesaksian Ali yang disampaikan ke pihak kampus melalui Abad Baduruzzaman hanya sampai di situ.
Ali mengaku tidak mengetahui lagi rimba Irma karena pada semester VI satu-satunya mahasiswi bergamis dengan kerudung besar nan lebar itu sudah jarang mengikuti perkuliahan.
Memasuki awal semester VII pada tahun ajaran 2017 hingga sekarang Irmaa sudah tidak pernah masuk kampus ataupun bertegur sapa dengan rekan-rekannya.
Baca juga: IAIN Tulungagung: Irma bukan lagi mahasiswa kami
Baca juga: Mahasiswi IAIN Tulungagung terlibat ISIS dideportasi dari Suriah
Beberapa teman kelas Irma yang lain tidak banyak memberi keterangan. Seorang mahasiswi jurusan Tadris Matematika angkatan 2014, Ayu mengaku tak begitu dekat dengan Irma Novianingsih.
Ia justru memberi kontak teman dekat Irma yang bernama Irva dan Ohim, namun dua nama terakhir tidak bersedia memberi keterangan kepada wartawan.
Kabar Irma tiba-tiba muncul setelah ada laporan bahwa mahasiswi kelahiran 23 November 1994 itu dideportasi bersama tujuh WNI lain dari Suriah menggunakan pesawat komersil Turkish Airline TK 036.
Saat ini Irma masih menjalani karantina di rutan Bambu Apus, Jakarta Timur di bawah pengawasan tim Densus 88 Antiteror untuk mendalami keterkaitan mereka dengan jaringa ISIS di Suriah. (T.KR-DHS)
Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018