Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Antara News) – Masyarakat Sumatera Barat, tepatnya di Jorong Titih, Nagari Padang Tarok, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam, bahagia karena bisa menikmati air bersih. Sebelumnya, untuk memenuhi kebutuhan harian, mereka harus menimba air di sumur utama yang letaknya mencapai 2 km dari tempat tinggal. Kini, berkat pembangunan sumur bor tanah dari Kementerian Eenergi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), masyarakat sudah bisa menikmati air bersih setiap saat.
Menurut Dailismar (72), warga Jorong Titih, daerahnya termasuk daerah yang kesulitan air bersih. Kondisi ini sudah terjadi sejak puluhan tahun. “Sejak saya kecil, saya sudah disuruh orangtua mengambil air bersih di sumur utama. Kami jalan kaki,” katanya.
Air yang ia ambil tersebut bersumber dari mata air setempat. Namun, kondisinya tak terlalu bagus. Bila hujan tiba, air akan berubah menjadi kuning. “Akan tetapi bila kemarau tiba, air akan menyusut,” terangnya.
Tak heran, kondisi ini pula yang membuat sebagian masyarakat memilih menggunakan air hujan. Namun, tak semuanya beruntung. Kondisi air hujan, kata Dailismar, tak cocok untuk dirinya yang sudah sepuh. “Tulang saya kerap sakit dibuatnya,” jelasnya. Kini Dailismar bersyukur, berkat bantuan Kementerian ESDM ia dan masyarakat lainnya bisa menikmati air bersih.
Program sumur bor tanah di Jorong Titih mampu menjangkau 108 KK atau sekitar 920 jiwa. Selain di Kabupaten Agam, sumur bor juga dibangun di Kota Bukittinggi, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Kota Sawah Lunto, dan Kabupaten Sijunjung.
Tak hanya itu, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) berhasil membangun sebanyak 20 unit di Sumatera Barat yang tersebar di lima kabupaten/kota: Kabupaten Pasaman 2 unit dengan total kapasitas 125 kW untuk kebutuhan listrik 277 kepala keluarga (KK), Kabupaten Pasaman Barat 1 unit PLTMH dengan total kapasitas 50 kW yang untuk kebutuhan listrik 155 KK, Kabupaten Kepualauan Mentawai 15 unit PLTS terpusat dengan total kapasitas 700 kWp untuk kebutuhan listrik 2.033 KK, Kabupaten Solok 1 unit PLTMH dengan total kapasitas 50 kW untuk kebutuhan listrik 163 KK, Kabupaten Solok Selatan 1 unit PLTS terpusat dengan total kapasitas 30 kWp untuk kebutuhan listrik 82 KK.
Menurut Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar, energi baru terbarukan (EBT) merupakan local wisdom (kearifan lokal), yang bisa saja potensi di daerah ini berbeda di daerah lain. “Misalnya untuk angin, di sini (Sumatera Barat) tak begitu kencang. Begitu juga dengan ombak laut, tak begitu cukup. Tapi untuk panas bumi bagus,” katanya di sela-sela peresmian sumur bor tanah dan EBT di Kabupaten Agam, Kamis (24/5).
Selain panas bumi, pengembangan yang dilakukan di Sumatera Barat juga mencakup pembangkit listrik tenaga air (PLTA), dan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) melalui sungai-sungai kecil. “Untuk PLTMH kita bisa memproduksi di bawah 1 MW,” lanjutnya.
Pewarta: Andes Lukman
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2018