Venesia (ANTARA News) - Arsitek asal Indonesia yang menjadi undangan khusus untuk menampilkan karyanya di Venice Architecture Biennale 2018 Andra Matin meraih penghargaan "Special Mention" dari penyelenggara acara tersebut berdasarkan penilaian juri.

"Juri telah memutuskan untuk memberikan dua penyebutan khusus kepada para peserta berikut dalam Pameran Internasional ke-16 bertema 'Free Space': Andra Matin (Jakarta, Indonesia) dan Rahul Mehrotra (Mumbai, India; Boston, USA)," tulis dewan juri dalam akun resmi Instagram La Biennale di Venezia, Sabtu.

Penghargaan tersebut diberikan kepada Andra dalam sebuah prosesi yang digelar di kantor La Biennale San Marco, Italia.

Sementara itu, Andra yang ditemui Antaranews usai menerima penghargaan tersebut mengaku tidak menyangka karyanya bertajuk 'Elevation' mendapat apresiasi dari penyelenggara.

Pasalnya, Andra adalah arsitek pertama Indonesia yang secara khusus diundang oleh panitia untuk menampilkan karyanya, sejak keikutsertaan Indonesia pada ajang tersebut di tahun 2014.

"Saya tidak menyangka mendapat penghargaan ini. Saya diundang saja sudah senang sekali untuk bisa memanfaatkan tempat yang mereka sediakan," ungkapnya.

'Elevation' mencerminkan kehidupan beberapa suku di Indonesia, di mana rumah tinggal yang mereka bangun memiliki jarak tertentu dengan tanah yang mereka pijak.

Melalui karyanya itu, Andra mengajak pengunjung untuk menyusuri anak tangga yang terbuat dari kayu siyalti yang berdinding anyaman rotan.

Pada anak tangga pertama, dengan ketinggian 00 centimeter dari tanah, adalah cerminan bagaimana Suku Dani, yang tinggal di Papua, membangun rumah mereka.

Kemudian, diketinggian 30-60 centimeter, pria kelahiran 56 tahun lalu ini ingin mengajak pengunjung merasakan bagaimana hunian Suku Jawa dan Bali.

Naik terus hingga di ketinggian 1,6 meter, adalah bagaimana Suku Warebo dari Nusa Tenggara membangun rumah mereka. Hingga akhirnya pengunjung dibawa ke ketinggian 2-3 meter, yang mencerminkan kediaman Suku Koroway dari Papua.

Andra memilih kayu siyalti karena ia ingin penggunaan kayu dari tebangan pohon di hutan dapat semakin berkurang, sehingga lingkungan semakin terjaga.

Sementara penggunaan rotan adalah ciri dari masyarakat Indonesia yang mahir soal kerajinan, salah satunya anyaman.

"Siyalti ini semacam tulangnya, yang cenderung kuat dan halus, sementara rotan semacam kulitnya yang tipis dan transparan. Ini soal keseimbangan," ungkapnya.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018