"Pencapaian pendapatan tersebut lebih tinggi atau 115 persen dari realisasi pendapatan pada periode sama tahun sebelumnya sebesar 586 juta dolar AS," kata Presiden Direktur PT Pertamina EP, Nanang Abdul Manaf kepada wartawan di Jakarta, semalam.
Berdasarkan pencapaian Kuartal I serta tren penguatan harga minyak, Nanang optimistis target pendapatan anak usaha PT Pertamina (Persero) ini sepanjang 2018, sebesar 2,7 miliar dolar AS akan dapat terlampaui.
Selain faktor harga minyak yang saat ini mencapai 70-an dolar AS per barel, menurut Nanang, kenaikan pendapatan juga ditopang oleh kebijakan efisiensi perusahaan. Salah satunya adalah menekan biaya produksi. "Program efisiensi ditujukan untuk mendukung keandalan produksi dan tentunya tetap mengutamakan faktor safety," katanya.
Secara total rata-rata biaya produksi minyak Pertamina EP per Maret 2018 sekitar 15,98 dolar AS per barel dan untuk gas 1,03 dolar per MSCF. "Untuk lapangan offshore (lepas pantai), salah satunya Field Poleng, biaya produksinya hingga Maret 10,47 dolar AS per barel sedangkan gas 1,81 dolar per MSCF," katanya.
Rendahnya biaya produksi gas, kata Nanang, sangat menguntungkan perusahaan mengingat 60 persen pendapatan perseroan dari produksi gas.
Hingga 15 Mei 2018, produksi minyak Pertamina EP mencapai 76.309 barel minyak per hari (BOPD) atau 96 persen dari target 79.275 BOPD. Sementara produksi gas mencapai 1.027 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 104 persen dari target.
Untuk mendorong kenaikan produksi tahun ini, Pertamina EP mengalokasikan belanja modal 330 juta dolar AS dan belanja operasi 1,64 miliar dolar. "Dana itu dialokasikan untuk kegiatan eksplorasi, pengembangan, produksi serta General & Administration (G&A)," ujarnya.
Dari alokasi tersebut hingga pertengahan Mei 2018, Pertamina EP telah merealisasikan belanja modal sebesar 122 juta dolar AS dan belanja operasi sebesar 359 juta dolar, katanya.
Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018