Singapura (ANTARA News) - Harga minyak terus tergelincir di perdagangan Asia pada Selasa, karena aksi ambil untung oleh pasar sebagai antisipasi meningkatnya persediaan bensin di Amerika Serikat (AS), kata kalangan pialang. Pada pukul 11:01, kontrak utama berjangka minyak jenis ringan di New York, AS, untuk pengiriman September turun 23 sen menjadi 74,66 dolar AS per barel dari 74,89 dolar AS pada perdagangan terakhir di AS, Senin. Pada Jumat (20/7), kontrak sebelumnya untuk pengiriman Agustus naik menjadi 76,13 dolar, level tertinggi sejak 9 Agustus tahun lalu. Sementara itu, harga minyak Laut Utara Brent untuk pengiriman September 2007 juga lebih rendah 14 sen menjadi 76,72 dolar. Meningkatnya permintaan, suhu geopilitik, dan permasalahan infrastruktur yang semuanya mendorong harga minyak ke level yang belum pernah terlihat selama hampir setahun, kembali menarik spekulator yang mendorong pasar apapun kondisinya. BUlan lalu, harga minyak mentah merangkak sekitar tujuh dolar di London dan lima dolar di New York. Victor Shum, prinsipal senior di Purvin & Gertz Inc di Singapura, mengatakan bahwa spekulator memutuskan untuk dengan cepat mengambil keuntungan sebelum pembicaraan yang dilakukan OPEC untuk meningkatkan produksi dalam pertemuan di Vienna September. Analis Sucden, Michael Davies, mengatakan bahwa pasar berada di bawah tekanan dari komentar presiden OPEC dan menteri energi Uni EMirat Arab, Mohammed al-Hamli, yang Senin mengatakan bahwa menguatnya harga yang mendekati rekor terjadi karena adanya kekhawatiran dan OPEC bersiap meningkatkan produksi jika diperlukan. "Ketika banyak sekali spekulator di pasar, pasar menjadi rentan untuk berbalik. Bagaimanapun, masih ada cukup klekuatan (yang tertinggal)," kata Shum. Dia mengatakan pasar kini menunggu laporan persediaan energi AS pada Rabu dengan dengan ekspektasi cadangan bensin meningkat. Pasar juga tetap fokus pada menguatnya permintaan dan permasalahan di industri penyulingan di AS selama liburan musim panas ketika banyak warga Amerika pergi berlibur dengan berkendaraan, demikian laporan Thomson Financial. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007