Tokyo (ANTARA News) - Dirut PT Garuda Indonesia, Emirsyah Satar, berencana mengadakan pertemuan dengan pimpinan Korean Air di Seoul, Selasa (24/7), untuk memperteguh kerja sama yang dilakukan dengan perusahaan penerbangan Korea Selatan itu. Hal tersebut diungkapkan Regional Manager Garuda untuk Jepang, China, Korea Selatan dan AS, Arif Wibowo, dalam percakapannya dengan ANTARA Tokyo via telepon dari Seoul, Selasa. "Banyak hal yang akan dilakukan dengan Korean Air. Namun yang terutama adalah upaya kedua maskapai penerbangan untuk terus meningkatkan komitmennya dalam hal keselamatan dan keamanan penerbangan," ujarnya. Saat ini Emirsyah Satar ikut dalam rombongan Presiden Susilo Bambang Yudhyono yang melakukan kunjungan kenegaraan tiga hari di Korea Selatan. Pembicaraan dengan perusahaan yang memperoleh predikat sebagai angkutan kargo terbaik versi IATA pada 2005 itu, akan memberikan pengaruh tersendiri. Peningkatan kerja sama dengan Korea Air membuktikan Garuda merupakan mitra yang memiliki komimen kuat soal keamanan dan keselamatan penerbangan, seperti yang sudah dibuktikan perusahaan penerbangan yang berdiri sejak 1948 dengan nama Korean National Airlines itu. Garuda dan Korean Air bekerja sama dalam mendatangkan turis dari kedua negara melalui kerja sama "code sharing" melalui rute Seoul-Denpasar-Jakarta. Pekan lalu, otoritas keselamatan penerbangan sipil Korsel meminta kepada tujuh maskapai penerbangan asing, termasuk Garuda Indonesia, untuk meningkatkan standar keselamatan penerbangan. Korsel mengeluarkan pernyataan ini sebagai buntut kecelakaan pesawat di Kamboja bulan lalu yang menewaskan 22 orang, termasuk 13 warga negara Korsel. Enam maskapai asing lain dimasukkan dalam kategori tidak aman oleh Korsel adalah Progress Multi Transportation (PMT) Air, Royal Khmer Airlines dari Kamboja; Iran Air; Sakhalinsk Airlines, Vladivostok Air,dan Dalavia Far East Airways dari Rusia. Pemeriksaan yang dilakukan kementerian transportasi menemukan 37 kasus yang membuktikan mereka tidak memenuhi persyaratan standar keselamatan. Ketujuh maskapai di atas termasuk dalam daftar karena tidak memenuhi standar keselamatan Korsel. Mereka misalnya dianggap tidak menyiapkan suku cadang atau ketahuan menggunakan beberapa suku cadang yang tidak sesuai standar. Kementerian Transportasi Korsel memang berencana membuat daftar pantauan keselamatan perusahaan penerbangan yang berisiko tinggi mengalami kecelakaan. Daftar ini serupa dengan daftar yang dikeluarkan oleh Uni Eropa (European Union/EU). Peringatan yang dikeluarkan otoritas keselamatan penerbangan sipil Korsel itu sempat membuat heboh Jakarta, terlebih pihak Garuda dan Departemen Perhubungan. Garuda kemudian menyatakan siap mengklarifikasi kondisi penerbangannya Akhir Juni dan awal Juli, otoritas Korsel itu juga sudah melakukan pemeriksaan "on the spot" terhadap pesawat Garuda yang terbang ke Seoul. Hasilnya Garuda dinyatakan layak beroperasi di Negeri Ginseng.

Copyright © ANTARA 2007