Kami berharap pemerintah tertarik dan melirik ide kami ini, sehingga tujuan untuk eksplorasi dan penelitian laut dalam dapat cepat tercapai."

Jakarta (ANTARA News) - Tiga orang mahasiswa Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil membuat kapal selam mini tanpa awak yang diberi nama Arnadyaksa.

Silmi Ath Thahirah, Albertus Adrian, dan Muhammad Hanif membuat kapal selam mini tanpa awak "Autonomous Underwater Hybrid Glider" sebagai bagian dari tugas akhir perkualiahan yang dipamerkan pada Electrical Engineering Days 2018. Glider yang dimaksud adalah "kapal selam" berukuran kecil tanpa awak yang bisa bergerak tanpa motor kovensional.

"Arnadyaksa, wahana bawah air ini mampu mengeksplorasi lautan Indonesia dengan manuver yang tinggi dan daya tahan yang cukup lama," ujar Adrian dalam keterangan tertulisnya, Kamis.

"Benda ini menggunakan prinsip gaya apung Archimedes untuk menunjang mobilisasinya," ungkap Adrian.

Arnadyaksa dilengkapi alat penghisap semacam piston untuk menyedot dan membuang air saat bekerja sehingga bisa bergerak maju mundur secara vertikal dan zig-zag di dalam air.

Selain itu, alat ini dilengkapi sensor inersia guna menjaga keseimbangan di dalam air agar tidak mengalami kemiringan dalam menentukan koordinat posisi.

"Inovasi ini berkisar di harga Rp12-13 juta karena masih dalam tahap prototipe. Kami yakin untuk tahap yang lebih besar bisa mengurangi biaya ini apalagi kalau memungkinan untuk diproduksi secara massal,” terang Adrian.

Ide glider ini muncul untuk membantu pemerintah dalam mengeksplorasi laut dengan harga yang lebih murah serta mendapatkan cakupan data yang lebih luas dan lebih banyak.

"Glider dapat menjawab permasalahan bahan bakar kapal selam eksplorasi yang saat ini tergolong mahal, dan juga hemat energi karena memanfaatkan fenomena fisis untuk bergerak," ujarnya.

Pengambilan data juga dapat dikontrol dari pusat (daratan) dari glider yang berada di dalam air.

"Ini dapat menjadi salah satu solusi kegiatan eksplorasi maritim di Indonesia,” ujar Adrian.

Meski demikian, pengembangan wahana ini mesti terus dilakukan guna meminimalisir kesalahan serta mengoptimalkan biaya produksi glider.

"Kami berharap pemerintah tertarik dan melirik ide kami ini, sehingga tujuan untuk eksplorasi dan penelitian laut dalam dapat cepat tercapai," pungkasnya.

Baca juga: ITB: Industri 4.0 perlu ekosistem yang sehat

Baca juga: 46 karya mahasiswa ITB dipamerkan di Electrical Engineering Days

Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018