Ottawa (ANTARA News) - Kanada, Rabu (23/5), mengatakan siap untuk menerima pengungsi Rohingya, menjanjikan bantuan besar dan menyerukan penuntutan terhadap mereka yang bertanggung jawab atas kekejaman hak asasi manusia di Myanmar.
Menteri Luar Negeri Chrystia Freeland mengatakan dalam konferensi pers bahwa tawaran suaka tidak mengecualikan kemungkinan Rohingya pulang ke rumah, seperti yang diinginkan kebanyakan dari mereka.
Namun, situasi saat ini di Myanmar belum memungkinkan untuk memulangkan mereka, katanya.
Sekitar 700.000 anggota minoritas muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh, tempat mereka tinggal di kamp-kamp pengungsi, setelah militer Myanmar pada Agustus lalu melancarkan operasi militer di negara bagian Rakhine.
Kekerasan itu juga memicu pembakaran desa-desa, sementara tentara dan milisi sipil dituduh melakukan pembunuhan dan perkosaan.
Myanmar membantah keras tuduhan Amerika Serikat dan PBB akan pembersihan etnis di negara mayoritas Buddha tersebut.
"Warga Rohingya berhak untuk pulang ke rumah mereka. Namun, situasi saat ini belum memungkinkan untuk mengizinkan mereka pulang," kata Freeland.
"Penganiayaan masih terjadi," lanjutnya.
Menteri itu enggan menguraikan kapan atau berapa banyak pengungsi yang mungkin akan ditampung Kanada, mengatakan tergantung pada badan pengungsi PBB untuk mengoordinasikan pemukiman kembali.
Diapit Menteri Pembangunan Internasional Marie-Claude Bibeau, dia mengatakan Kanada akan bekerja sama dengan negara-negara lain dan PBB untuk menyusun rencana. Myanmar dan Bangladesh sepakat pada November untuk memulai memulangkan pengungsi Rohingya ke Myanmar, tapi prosesnya terhenti, dengan kedua belah pihak saling menyalahkan atas penundaan itu.
Freeland mengatakan Ottawa juga akan bekerja sama dengan Mahkamah Pidana Internasional untuk memastikan ada penuntutan terhadap mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia di Myanmar, yang dia sebut "pembersihan etnis" dan "kejahatan terhadap kemanusiaan."
Janji bantuan Kanada sebesar 300 juta dolar Kanada (sekitar Rp3,31 triliun) selama tiga tahun di luar dana bantuan darurat senilai 45,9 juta dolar Kanada (sekitar Rp506,6 miliar) yang sudah diberikan sejak awal 2017, demikian dilansir AFP.
Baca juga: Arab Saudi beri perhatian besar terhadap Rohingya
Baca juga: Myanmar perintahkan warga Rohingya untuk tinggalkan zona perbatasan
Baca juga: PBB: lebih dari 16.000 bayi lahir di kamp Rohingya Bangladesh
Penerjemah: Monalisa
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018