Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 1000 ton beras dari Indonesia akhirnya tiba di Pelabuhan Assan, Kota Iskenderun, Provinsi Hatay, Turki, pada Senin (21/5), untuk kemudian disalurkan ke para pengungsi di Suriah.

Beras ini dibawa oleh Kapal Kemanusiaan ACT (Aksi Cepat Tanggap) yang berlayar sejauh 5.059 mil laut atau sekira 9369 kilometer dari Pelabuhan Belawan di Sumatera Utara, sebulan lalu.

Target bantuan menyasar hingga ke komunitas-komunitas pengungsian Suriah yang paling membutuhkan yakni mencakup sekitar 35 ribu keluarga.

"Tanggal 21 April Kapal Kemanusiaan ini berlayar dari Pelabuhan Belawan. Berasnya dikirimkan dari berasnya orang Aceh dan kumpulan empati dari masyarakat Indonesia lainnya," ujar Syuhelmaidi Syukur, Senior Vice President Aksi Cepat Tanggap (ACT) dalam keterangan tertulisnya, Kamis.

Abu Ubaidah, salah satu pimpinan mitra ACT mengatakan, distribusi akan terbagi dua sesi. Lima ratus ton pertama beras akan dikirimkan langsung ke dalam Suriah. Wilayah distribusinya meliputi Aleppo, Hama, dan paling besar di Idlib.

Kemudian 500 ton beras sisanya akan dimuat di Indonesia Humanitarian Center, gudang kemanusiaan milik Indonesia di Kota Reyhanli, untuk kemudian dibawa ke komunitas pengungsi di sepanjang perbatasan Suriah dan Turki.

"Insya Allah, sejak Selasa (22/5) 10 kontainer pertama atau setara 250 ton beras akan bertolak dari Pelabuhan Assan, menuju pintu perbatasan Bab Al-Hawa, perbatasan Turki dan Suriah. Lalu, pada Rabu (23/5) 10 kontainer berikutnya kembali berjalan masuk ke Suriah melalui gerbang Bab Al-Hawa. Kami mohon doanya," papar dia.

Lebih lanjut, Syuhelmaidi mengungkapkan bantuan dalam bentuk beras adalah hal terbaik yang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup masyarakat Indonesia.

“Orang Suriah pun makan beras yang tak jauh beda bentuk dan rasanya. Kami ingin saudara kami di Suriah merasakan apa yang kami makan. Kami saling membagi yang terbaik yang kami miliki,” ungkap dia.

Baca juga: ACT kirimkan 2.000 ton beras bantuan ke Gaza

Baca juga: ACT kirim 2.000 ton beras ke Palestina

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018