Jakarta (ANTARA News) - Bappenas mengungkapkan enam poroyek pemerintah yang dibiayai pinjaman luar negeri terhambat pembebasan lahan meski diperkirakan proyek-proyek tersebut masih dapat selesai (closing) pada waktunya.
"Proyek-proyek tersebut diperkirakan akan selesai tepat pada waktunya karena masalah pembebasan lahan ini hanya merupakan bagian dari sebuah proyek besar," kata Direktur Bappenas Bidang Pemantauan Pembangunan, Benny Setiawan, di Jakarta, Senin, saat menyampaikan hasil pemantauan status proyek pemerintah yang dibiayai pinjaman luar negeri per triwulan I/2007.
Menurut Benny, kesulitan pembebasan lahan tersebut diakibatkan negosiasi yang alot dengan warga setempat untuk memperoleh kesepakatan harga.
Dia menjelaskan, dua proyek diantaranya merupakan proyek yang dibiayai oleh Bank Pembangunan Asia (ADB), yaitu proyek "Renewable Energy Development" senilai 161 juta dolar AS dengan masa pinjaman Oktober 2004-September 2008 dan dilaksanakan oleh PT PLN, serta proyek "Power Transmission Improvement" senilai 140 juta dolar AS
dengan masa pinjaman 1998-2008 dan dilaksanakan oleh PT PLN.
Empat proyek lainnya, ujar Benny, merupakan hasil pinjaman dari Japan Bank For International Cooperation (JBIC), yaitu "Medan Flood Cotroll" senilai 9,7 miliar yen dengan masa pinjam 1998-2008 dilaksanakan oleh Departemen PU, proyek "Upper Citarum Urgent Flood Controll II" senilai 4,7 miliar yen dengan masa pinjam 1998-2008 dilaksanakan oleh Departemen PU, proyek "Urban Arterial Road Improvement" senilai 12,6 miliar yen dengan masa pinjam 1998-2008 dilaksanakan oleh Departemen PU, serta proyek "Railway Electrification and Double Double Track" senilai 41 miliar yen dengan masa pinjam 2002-2012 dilaksanakan oleh Dephub.
"Proyek Urban Arterial Road Improvement itu proyek pembangunan flyover di sepanjang jalan bypass Cawang-Tanjung Priok. Itu kan sudah mau rampung," katanya.
Sedangkan proyek "Railway Electrification and Double Double Track", jelasnya, adalah proyek pembuatan rel kereta ganda pada jalur Jakarta-Cirebon.
Dalam kesempatan itu Benny juga menjelaskan, Bappenas menemukan adanya potensi surplus pinjaman berdasarkan pemantauan pada triwulan I/2007 yang mencapai 19,1 juta dolar AS yang berasal dari empat proyek hasil pembiayaan ADB.
"Potensi surplus adalah perkiraan kelebihan sisa pinjaman pada saat berakhirnya proyek," jelas Benny.
Keempat proyek tersebut, ungkap Benny, adalah proyek "Decentralized Basic Education" (dilaksanakan Depdiknas) yang memberi potensi surplus 10 juta dolar AS, proyek "Technology Professional Skill Development" (Depdiknas) dengan potensi surplus 1 juta dolar AS, proyek "Poor Farmer Income Generating" (Deptan) dengan potensi surplus 7,5 juta dolar AS, serta proyek "Coral Reef Rehabilitation and Management" (DKP) dengan potensi surplus 600 ribu dolar AS.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007