Bantuan berupa selimut dan terpal, masing-masing 20 lembar diserahkan langsung oleh kru Ambulans PMI Maluku kepada 14 kepala keluarga (KK) yang rumahnya terendam banjir akibat meluapnya kali Wailoi.
Sekretaris PMI Maluku Herry Latuheru mengatakan saat ini pihaknya masih menunggu penetapan status bencana di Desa Kaitetu oleh Pemerintah Provinsi Maluku, agar bisa diteruskan ke PMI Pusat.
"Harus ada laporan resmi dari pemerintah desa untuk penetapan status bencana, ini nantinya bisa dipakai sebagai dasar oleh kami untuk menindaklanjuti ke PMI Pusat," katanya.
Kendati masih menunggu penetapan status bencana, menurut Herry, pihaknya tetap siap siaga untuk mengantisipasi dampak apabila terjadi bencana banjir susulan di Kaitetu.
Terkait itu, PMI masih terus berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Maluku untuk memperbaharui informasi potensi curah hujan yang dapat menyebabkan banjir susulan.
Jika intensitas curah hujan diperkirakan akan terus berlanjut, maka PMI Maluku akan menurunkan personil untuk penanganan dampak bencana, termasuk membuka posko kesehatan bagi para korban.
"Kalau ini masih berlanjut, kami pada prinsipnya siap menurunkan personil untuk mengantisipasi dampak yang tidak diinginkan bagi para korban dan sebagainya," ucap Herry.
Sebelumnya, pada Selasa (22/5) petang sekitar pukul 18.00 WIT telah terjadi banjir di Desa Kaitetu akibat meluapnya kali Wailoi. Sedikitnya 12 rumah yang dihuni oleh 14 KK dan satu mushala terendam air setinggi kurang lebih 132 centimeter selama kurang lebih satu jam.
Tidak ada korban jiwa dalam bencana tersebut, hanya kerusakan materil berupa barang-barang berharga dan elektronik yang rusak dan hilang terbawa arus air yang cukup deras.
Menurut keterangan salah seorang korban banjir di Desa Kaitetu, Ny. Wiwi Nukuhaly (32), sebelum terjadi banjir, hujan sudah mulai mengguyur Desa Kaitetu sejak pukul 15.00 WIT tetapi tidak begitu deras.
Intensitasnya derasnya hujan baru mulai meninggi sekitar pukul 17.00 WIT dan tidak berhenti hingga pukul 18.00 WIT, sehingga menyebabkan genangan air yang awalnya hanya setinggi 14 centimeter tiba-tiba naik hingga 132 centimeter.
"Awalnya hanya setinggi mata kaki, tapi kami semua di sini sudah biasa karena sering terjadi kalau musim penghujan, tapi tadi tiba-tiba langsung banjir besar dan arusnya deras hanya dalam waktu lima menit," ucap Wiwi.
Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018