Jakarta (ANTARA News) - Menpora Imam Nahrawi mengaku tidak pernah lepas memantau dengan ketat anggaran yang didistribusikan kepada atlet sebagai bentuk persiapan Asian Games 2018 karena menurutnya atlet adalah aset yang paling berharga.
"Saya tidak pernah melepaskan pantauan termasuk masalah uang yang didisbrusikan kepada atlet seperti makanan, gizi, masalah kamar tidur atlet hingga yang lainnya. Ini menjadi bukti pemerintah hadir mengawal atlet sebagai aset bangsa yang harus dihargai," kata Imam dalam diskusi Asian Games 2018 di Jakarta, Senin.
Upaya tersebut, lanjut Imam, tidak lepas dari ambisi Indonesia sebagai tuan rumah sendiri, yakni untuk masuk 10 besar dalam daftar peringkat negara peserta.
"Kita semua ingin masyarakat Indonesia baik 20 atau 30 tahun lagi masyarakat mengenang pada tahun 2018 Indonesia masuk 10 besar dan Insyallah kami akan memberikan bonus terbesar sepanjang sejarah Asian Games," katanya.
Karenanya, menurut dia kebijakan Presiden Joko Widodo saat ini memberikan harapan baru bagi cabang olahraga di mana masing-masing-nya mendapat kepercayaan untuk mengelola uang secara langsung.
"Namun, saya minta semua cabang harus paham detail terhadap pengelolaan anggaran, karena saya tidak mau ketika sukses prestasi tapi administrasinya gagal," tutur Menpora.
Sementara itu, Wakil Ketua DPR Utut Adianto yang juga merupakan grand master catur asal Indonesia, menjelaskan bahwa kepedulian dan kesiapan Indonesia dalam Asian Games kali ini menunjukkan keberpihakan Pemerintah terhadap dunia olahraga.
"Itu terlihat dari alokasi anggaran yang diberikan Pemerintah untuk penyelenggaran Asian Games. Yang paling besar, anggaran digunakan untuk penyiapan infrastruktur," kata Utut.
Utut menambahkan, kita semua harus membangkitkan semangat bahwa Asian Games 2018 ini adalah momentum yang membanggakan Indonesia sebagai sebuah bangsa.
"Kita lihat berbagai sarana yang disiapkan dan direnovasi. Kalau tidak ada Asian Games ini, mana mungkin kita punya fasilitas olahraga yang begini hebat kita sudah sejajar dengan negara maju soal ini. Tantangan ke depan, bagaimana mengembangkan olahraga ini menjadi industri yang besar," tambahnya.
Di tempat yang sama, Deputi IV Kepala Staf Kepresidenan Eko Sulistyo menjelaskan, menjelang pesta besar Asian Games, Indonesia perlu menggali kembali peran olahraga dalam konteks memperkuat semangat kebangsaan yang pernah digagas Presiden Indonesia pertama, Soekarno.
"Soekarno mencari ruang di luar politik untuk menyatukan bangsanya tanpa membedakan ideologi, politik, dan kelas sosial. Dan itu ditemukan dalam olahraga," kata Eko.
Dia juga mengatakan olahraga menjadi alat perjuangan bangsa Indonesia untuk mengisi kemerdekaan sehingga menurut dia, olahraga harus menjadi gerakan untuk memperkokoh persatuan nasional dan untuk memupuk jiwa gotong royong.
"Soekarno mengatakan bahwa olahraga adalah bagian dari revolusi kelima, yaitu revolusi manusia Indonesia. Dengan revolusi olahraga maka akan membentuk manusia Indonesia baru yang berani melihat dunia dengan mata yang terbuka, tegak fisik, mental kuat, rohani kuat, jasmani kuat," katanya.
Selain itu, Eko juga mengatakan dengan prestasi olahraga bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang mulia, tegak berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa maju lainnya.
"Karena itu, olahraga tidak bisa dipisahkan dengan tujuan menjunjung tinggi nama dan kehormatan bangsa dan negara," ujarnya. ***4***
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018