Palembang (ANTARA News) - Tiga kelompok suporter Sriwijaya FC yakni Singa Mania, Ultras Palembang dan S-Man menyatakan akan berkomitmen menjaga ketertiban pada laga melawan PSIS di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Palembang, Selasa (22/5), dengan tidak melepaskan petasan, flare, bom asap dan sejenisnya.
Pernyataan itu disampaikan ketua dari tiga kelompok suporter saat bertemu perwakilan manajemen Sekretaris PT Sriwijaya Faisal Murysid di Kantor SFC, Palembang, Senin.
"Kami akan melarang anggota-anggota kami untuk melepaskan petasan dan sejenisnya. Kami akan sosialisasikan larangan ini hingga ke tingkat korwil," kata Edy Ismail, Ketua S-Man.
Tiga kelompok suporter SFC ini menyampaikan hal ini untuk merespon adanya denda senilai Rp200 juta kepada klub oleh Komdis PSSI lantaran adanya bom asap saat tim melawan Bhayangkara FC dua pekan lalu.
Denda dengan nominal yang dinilai cukup besar itu diberikan Komdis karena adanya lima kali bom asap yang dilepaskan ke udara sehingga pertandingan terpaksa dihentikan selama lima menit.
Bagi Edy, Dugong (Ketua Singa Mania) dan Agung Fahrurrozi (Penasihat Ultras Palembang) komitmen ini menjadi tugas berat mereka. Apalagi, jika berkaca pada kejadian sebelumnya.
"Masuk stadion itu, korek api saja kena razia. Ini bom asap bisa masuk, saya sampai tidak habis pikir kenapa bisa masuk padahal penjagaan di pintu masuk cukup ketat. Sebagai ketua suporter, saya sudah mengimbau anggota, tapi dengan jumlah sampai ribuan orang tentunya bukan hal yang mudah," kata Dugong, Ketua Singa Mania.
Senada, Penasihat Ultras Palembang Agung Fahrurrozi mengatakan bahwa imbauan terkadang tidak cukup membantu karena sejatinya suporter ini organisasi berjenjang nonformal.
"Iya, bagi anggota yang mau mendengar, apalagi memang ada suatu euphoria semisal perayaan ulang tahun. Jadi sulit, apalagi sekarang sedang bulan Ramadhan, petasan cukup mudah didapatkan. Tapi percayalah kami berusaha untuk mengingatkan," kata Agung.
Awalnya ketiga kelompok suporter ini meminta solusi dari manajemen, semisal diberikan izin melepaskan petasan dan sejenisnya saat seusai pertandingan.
Namun, menurut Faisal Mursyid hal itu juga bertentangan dengan regulasi Liga 1. Meski pertandingan sudah berakhir, tapi regulasi tetap menilai belum berakhir secara total karena rombongan pemain dan ofisal pertandingan masih berada di sana.
"Intinya tidak bisa. Kami berharap suporter bisa bertindak bijak menanggapi larangan ini karena demi keselamatan semua orang. Satu lagi, tentunya sayang sekali jika klub harus mengeluarkan uang hingga ratusan juta untuk membayar denda," ujar dia.
Denda Rp200 juta itu setara dengan biaya tim bertanding di laga tandang ke tim di Jawa.
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018