Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua MPR Mahyudin mengatakan jihad yang bisa dilakukan masyarakat Indonesia saat ini adalah dengan cara memberantas kemiskinan serta memelihara sikap gotong-royong antar masyarakat.
"Jihad bisa dilakukan lewat berbagi harta. Bila tetanggamu tak punya beras, beri dia beras," ujar Wakil Ketua MPR Mahyudin di hadapan jamaah Masjid Al Munawar, Balikpapan, Kalimantan Timur, Minggu.
Menurut Mahyudin, jihad dengan berbagi harta tepat dilakukan di Indonesia karena masih ada rakyat yang belum menikmati dampak pembangunan. Ia menyebutkan masih ada kalangan masyarakat yang belum menikmati listrik, pendidikan yang berkualitas, dan jaminan kesehatan yang memadai.
"Ada orang yang tak mampu berobat sehingga meninggal dunia," ucapnya. "Sehingga jihad sekarang adalah memberantas kemiskinan".
Pria asal Kalimantan Timur itu menyebut ada disparitas pembangunan antara di Jawa dan luar Pulau Jawa. Perbedaan yang dimaksud salah satunya dalam dunia pendidikan.
"Pendidikan di Jawa sangat berkualitas sementara di luar Jawa masih ketinggalan," ungkapnya. "Seharusnya kualitas pendidikan di manapun harus sama," tegasnya.
Menyelesaikan masalah kesenjangan merupakan amanah konstitusi, lanjut Mahyudin, sehingga negara harus menciptakan masyarakat yang adil dan makmur.
Dalam silaturahmi dan Sosialisasi Empat Pilar itu, Mahyudin mengatakan bahwa bangsa Indonesia memiliki jiwa gotong royong namun sifat yang demikian mulai terkikis.
"Sekarang tumbuh budaya individualis, tak peduli pada yang lain," paparnya.
Baca juga: MPR sosialisasikan ideologi Pancasila ke pesantren
Baca juga: Mahyudin: Pancasila sudah sangat islami
Untuk itu, Mahyudin mengatakan MPR terus melakukan sosialisasi Pancasila, UUD Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
"Tugas ini merupakan perintah UU MD3," ujarnya.
Soal Pancasila, Mahyudin teringat pada masa Orde Baru yang menerapkan Penataran P4 dan pelajaran PMP.
"PMP mengajarkan kita tentang toleransi, tertib, dan saling menghormati," paparnya. "Untuk itulah MPR melakukan sosialiasi Empat Pilar. Tentu dengan metoda yang berbeda dengan masa lalu."
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018