Jakarta (ANTARA News) - Seiring dengan perkembangnya teknologi, program komputer kini bisa dirancang untuk menyimulasikan percakapan intelektual dengan satu atau lebih manusia atau dikenal dengan chatbot.

Adalah BJTech, sebuah platform percakapan berbasis kecerdasan buatan (AI) yang memungkinkan semua orang, termasuk pelaku bisnis, untuk mengembangkan chatbot sesuai dengan kebutuhan mereka melalui aplikasi perpesanan.

"Sekarang biasanya kalau jualan nomor WhatsApp, harapannya nanti bisa kontak bot saya. Jadi, bisa pesan di situ. Ada customer service, ada engagement," kata Diatche G. Harahap, CEO dan co-founder BJTech kepada ANTARA News belum lama ini di Jakarta.

Dengan menggunakan platform BJTech, Diacthe menjelaskan bahwa membuat chatbot kini tidak perlu coding karena BJTech telah hadir dengan machine learning.

"Sudah ada machine learning bahasanya (NLP), bahasa Indonesia, jadi harapannya semua UKM bisa sangat efesien," ujar dia.

Langkah membuat chatbot

Secara teknis, langkah-langkah pembuatan chatbot melalui platform BJTech terbilang sederhana.

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan tujuan dan fungsi pembuatan chatbot.

BJTech menyediakan tiga template yaitu order, katalog dan registrasi, yang dapat dimanfaatkan oleh pemilik bisnis. ANTARA News menjajal untuk menggunakan template order.

Langkah selanjutnya adalah merancang alur percakapan, gaya bahasa dan gramatika yang digunakan dalam chatbot.

Di sini, BJTech telah menyediakan form mulai dari apa yang akan dikatakan bot kepada pembeli, menawarkan barang jualan kepada pembeli, hingga memperkirakan apa yang akan dikatakan pembeli.

"Kita bikin template nya supaya lebih mudah. Apa saja kemungkinan pertanyaan langsung masuk ke mesin learning, typo pun bisa kebaca, dia bisa berpikir ini artinya apa ya? Apakah ini mendekati order kue?," ujar Diatche.

Dalam form Bot Says, misalnya, pemilik bisnis dapat menyambut pembeli dengan ucapan "Selamat datang di toko." Kemudian disediakan form Carousel Properties di mana pemilik bisnis dapat langsung menjajakan barang jualan.

Form Carousel juga telah dilengkapi kolom-kolom untuk jenis barang beserta harga, sehingga sangat memudahkan para pemilik bisnis.

Pemilik bisnis juga dapat memperkirakan apa yang akan dikatakan pembeli dengan memasukkan kalimat-kalimat yang biasa digunakan pembeli.

Dalam form User Says Properties, misalnya, terdapat kolom ucapan "pesan kue," di mana dapat diperluas lagi dengan ucapan yang sering digunakan pembeli seperti "pesan kue dong," atau "ada kue apa aja."

Kemudian, pemilik bisnis juga dapat menentukan respons dari Bot dalam form Bot Says Properties. Di situ Bot dapat merespons dengan menanyakan jumlah pesanan, alamat dan nomor telepon pembeli.

Langkah terakhir adalah menghubungkan chatbot untuk diimplementasikan pada aplikasi pesan.

Saat ini, Diatche mengatakan bahwa, platform BJTech telah dapat digunakan dalam Facebook Messenger, LINE, Telegram, BBM dan Twitter.

Jika merasa masih kesulitan untuk mengisi form Bot, platform BJTech juga menghadirkan pelatihan setiap hari Kamis yang dinamai "Kamis Bot."

"Kita sudah bikin template buat UKM jadi enggak perlu pusing sebetulnya.Kita sudah kembangkan lagi, ada bilingual-nya, bahasa Indonesia, sehingga UKM itu harapannya lebih mudah," ujar Diatche.

Tampilan chatbot buatan BJTech Platform di dalam LINE@ (ANTARA News/Arindra Meodia)

Mensasar UKM

Menyasar UKM, Diatche mengatakan bahwa platform BJTech memang dibuat untuk membantu layanan konsumen UKM, yang disebut mampu menghemat hingga jutaan rupiah.

"Sementara ini masih free trial sampai 6 bulan kedepan, nanti akan dicharge sekitar Rp200 ribu-an per-bulan, dibanding mereka harus menggunakan customer service yang harganya mungkin Rp2,7juta di Jakarta, UMP," kata Diatche.

Tidak hanya itu, Diatche juga menyebut chatbot lebih efektif. "Namanya mesin ga libur, robot kalau diajarin 10, 10 nya dia inget, kalau manusia diajarin 10 bisa 4 atau 5 ingat," ujar dia.

Namun, untuk dapat "meraih hati" UKM, perlu waktu bagi BJTech. Diatche mengungkap mengubah kebiasan dan pola pikir UKM menjadi kendala.

Untuk dapat lebih mudah menjangkau UKM, BJTech telah menggandengan LINE, tepatnya bagian layanan yang didesain khusus untuk bisnis yaitu LINE@.

Dari 2,3 juta UKM yang tergabung dalam LINE@, untuk saat ini sebanyak lebih dari 300 UKM telah menggunakan chatbot milik BJTech.

Diatche berharap akan lebih banyak lagi UKM dari LINE@ yang menggunakan platform chatbot tersebut. Dia juga mengungkapkan saat ini tengah dalam pembicaraan dengan sejumlah platform e-commerce agar para penjual memiliki otomasi untuk layanan konsumen mereka.

"Menurut saya kurang dari lima tahun ke depan chatbot adalah sesuatu bagian dari UKM yang tidak terpisahkan, seperti Instagram dan LINE@," kata Diatche.

Menjadi pionir dalam hal chatbot, Diatche melihat saat ini mulai banyak perusahaan teknologi di Indonesia yang juga menghadirkan platform chatbot. Namun, banyak dari mereka yang belum mensasar UKM.

"Sekarang mulai bayk bikin buat corporate tapi untuk UKM belum, tapi nanti kemungkinan banyak yang ikut. Berharap juga teman-teman akan kesana juga, ini akan memberi solusi dan mengedukasi temen-temen UKM," ujar Diatche.

CEO dan co-founder BJTech, Diatche G. Harahap. (ANTARA News/Arindra Meodia)

Sebelum menghadirkan platform BJTech, Diatche bersama dua orang temannya mendirikan Bang Joni yang menghasilkan produk fitur free chat pada 2013. Sejumlah aplikasi, bahkan dari corporate, telah menggunakan produk dari Bang Joni ini.

"Dulu bikin produknya sekarang platformnya supaya orang bisa bikin produknya masing-masing," kata Diatche.

Pria lulusan sarjana bisnis di salah satu universitas di Australia yang kemudian melanjutkan studi Hubungan Internasional di sebuah universitas di London ini awalnya terinspirasi membuat chatbot dari film.

"Kebanyakan nonton film robot. Dulu robot fisik karena aktifitas di fisik, sekarang karena aktifitas di digital jadi digital," ujar Diatche.

Pria berumur 32 tahun itu kemudian bertemu dengan dua temannya yang memiliki latar belakang di bidang teknologi dan pemasaran yang memiliki passion yang sama untuk mengembangkan robot digital.

Berhasil mengembangkan chatbot tiga tahun lalu, memasarkan produk menjadi persoalan lain. Diatche mengatakan banyak perusahaan yang tidak tertarik dengan produknya.

Hal yang sama juga terjadi dengan para investor. Namun, sejalan dengan waktu, Bang Joni yang awalnya dibentuk dengan "pendanaan swadaya," secara perlahan mulai mendapatkan pendanaan dari investor.

Sejak tahun lalu, Diatche melihat banyak perusahaan yang mulai tertarik karena mempercayai bahwa personal engagement dengan konsumen merupakan hal penting.

"Korporasi besar sih sudah paham dan punya budget yang gede, tapi gimana UKM yang mayoritas bisnis Indonesia bisa memanfaatkan era industri revolusi keempat, yang mana bisa memudahkan mereka berdagang," ujar Diatche.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018