"Alhamdulillah tadi malam saya bersilaturahim ke salah satu tokoh di Jawa Barat. Selain sudah menjadi rutinitas, ini juga untuk merekatkan silaturahim Kang Tjetje yang merupakan mantan anggota MPR/DPR RI era 70-an dan awal 2000-an tersebut," kata pria yang akrab disapa Demiz ini, di Bandung, Sabtu.
Demiz mengaku butuh beragam pandangan dari penerima gelar Doktor Honoris Causa bidang politik dari Universitas Pasundan tersebut.
"Kang Tjetje sebagai tokoh yang selalu saya datangi, bukan hanya pada saat pilgub, sebelumnya saya juga sering berkonsultasi bagaimana menghadapi pilgub, peta politiknya bagaimana, karena beliau ini tokoh yang sampai sekarang masih peka dalam melihat situasi politik. Maka saya perlu pandangan-pandangan, second opinion untuk langkah selanjutnya," katanya.
Dalam kunjungannya tersebut Demiz mengaku banyak hal yang didiskusikan dengan sesepuh ormas Angkatan Muda Siliwangi tersebut dan juga berdiskusi soal budaya serta warna karakter masyarakat Sunda di tatar Jawa Barat.?
"Misalnya (karakter) masyarakat daerah Priangan timur seperti apa, karena beliau kan lebih mengetahui. Yang penting adalah bagaimana menjaga silaturahim dengan berbagai pihak, bukan hanya pas ada maunya saja," ujar Demiz.
Sementara itu Tjetje Padmadinata mengatakan Demiz adalah satu satu peserta Pilgub Jabar 2018 yang paling sering mengajaknya berdiskusi sejak lama.
"Pak Deddy yang paling sering ngobrol tentang pilgub dengan saya, bahkan jauh hari sebelum ini. Dan orang yang paling berjasa menghubungkan saya dengan Pak Deddy adalah almarhum Prof. Dede Mariana," ujar Tjetje.
Tjetje menegaskan bahwa dirinya banyak menjalin komunikasi dengan Demiz tidak dalam urusan dukung-mendukung kepentingan politik.
Meskipun terbilang paling dekat dengan Demiz, ia mengaku tetap netral dengan tokoh atau calon mana pun.
"Jadi, dengan keempat-empatnya, hubungan saya baik. Saya doakan saja agar semuanya lancar. Pribadi saya sebagai unsur si cikal, paling senior, saya punya komitmen ikut bertanggung jawab di Jawa Barat ini menjaga keseimbangan, itu saja," katanya.
Ia pun menilai pada Pilgub Jabar 2018 ini tidak terlihat adanya bibit-bibit konflik antar calon, sampai sejauh ini proses menuju pertarungan politik pada 27 Juni mendatang, masih sangat wajar.
"Saya tidak melihat Pilgub Jabar akan terjadi konflik, kalau gesekan sih bisa saja, sejauh ini prosesnya wajar-wajar saja. Masyarakat Jabar kan sudah dewasa," katanya.
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018