Jakarta (ANTARA News) - Deputi Senior Bank Indonesia (BI), Miranda Goeltom, mengatakan bahwa perekonomian Indonesia saat ini tetap baik, namun BI tetap waspada terhadap banyaknya arus dana yang masuk (capital inflow) ke Indonesia saat ini. "Kita baik, tapi tetap waspada, supaya jangan kita pikir ini adalah masuknya investasi ke Indonesia. 'Nggak' tahunya itu cuma sebentar yang di suatu hari nanti menjadi `current liabilities` bukan suatu `equity participation` (Penyertaan modal)," katanya kepada ANTARA News di sela forum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) di Balikpapan. Untuk itu, ia mengatakan, perlunya memperbaiki sistem informasi dan pengawasan terhadap dana yang masuk maupun yang keluar sehingga dapat mencegah terjadinya dampak buruk dari dana yang masuk (capital inflow) tersebut. "Kita harus merperbaiki bentuk dan jumlah informasi yang kita peroleh dari monitoring yang diberikan pada kita. Bank Indonesia dalam kaitan dengan hal itu sedang mempelajari bentuk dan informasi apa yang kira-kira diperlukan," katanya. Ia menambahkan bahwa adanya ekses likuiditas global tersebut telah membuat para spekulator juga semakin pintar untuk menempatkan dana mereka. "Karena begitu banyak banjir likuiditas, mereka mesti pinter menaruh jalan masuk tertentu," katanya. Untuk itu, menurut dia, diperlukan pemebangunan kapasitas pengawasan yang lebih baik dan peningkatan pengetahuan terhadap lalu lintas devisa tersebut. Miranda mengkhawatirkan adanya lembaga keuangan yang bila tidak hati-hati dapat dimanfaatkan oleh para spekulator untuk menempatkan dananya. Ia juga mengatakan, adanya perbaikan terus-menerus dilakukan karena hingga saat ini karena hampir semua negara hanya menduga-duga apa yang akan terjadi akibat ekses likuiditas itu. "Semua masih meraba-raba apa yang akan terjadi dengan China, Apa yang akan terjadi dengan Amerika, apa yang akan terjadi dengan `global imbalances`," katanya. Berdasarkan fundamental ekonomi menurut dia, Indonesia saat ini memiliki posisi yang lebih baik dibandingkan dengan masa krisis tahun 1997. Menurut data BI, cadangan devisa pada Juni 2007 mencapai 51,5 miliar dolar AS dibandingkan tahun 1997 sebesar 20 miliar dolar. Sedangkan untuk neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2007 (proyeksi) mencatat surplus 3,7 miliar dolar AS, lebih tinggi dari perkiraan semula sebesar 1,1 miliar dolar AS. Ia juga menegaskan saat ini struktur dan kinerja perbankan Indonesia lebih kuat dibandingkan pada masa sebelum krisis. Hal ini terlihat dari rasio kecukupan modal (CAR) saat ini yang lebih tinggi dan kredit macet (NPL) yang lebih rendah. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007