Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian Dedi Nusryamsi di Jakarta, Jumat mengatakan Indonesia yang sedang merancang skenario sebagai lumbung pangan dunia pada 2045 membutuhkan tanah yang sehat.
Skenario lumbung pangan dunia 2045 dapat ditempuh melalui swasembada pangan pada tingkat nasional dan penyediaan produksi berlimpah dan stabil, peningkatan daya saing, peningkatan ekspor dan ketersediaannya yang kontinyu, katanya.
Menurut dia, Indonesia sebagai salah satu negara tropis akan menjadi incaran dunia karena tersedianya sumber energi melimpah dan tiada henti yakni sinar matahari.
"Negara-negara subtropis akan memburu energi tersebut dan datang ke negara-negara tropis termasuk Indonesia," katanya.
Berdasarkan Pusdatin (2017) tercatat bahwa Indonesia dengan 258 juta jiwa penduduk ditopang 48 juta ha lahan pertanian yang meliputi 23 juta ha perkebunan, 17 juta ha lahan kering, 8,1 juta ha lahan sawah, dan 12 juta ha lahan dalam kondisi terlantar.
Dedi mengatakan ditinjau dari aspek sebaran sumber daya lahan, Indonesia memiliki daratan seluas 191,1 ha yang terdiri dari 43 juta ha lahan basah, 144,5 juta ha lahan kering, dan 3,1 juta ha lahan lainnya.
Meskipun sumber daya lahan pertanian dari aspek luasan tampak sangat luas, tetapi aspek kepemilikan rata-rata petani hanya memiliki lahan seluas 935 m2/kapita.
Tantangan swasembada pangan adalah bagaimana tanah seluas itu terjaga kesehatannya sehingga melahirkan pangan nabati dan hewani yang sehat, kata Dedi.
Ia mengatakan tanah sehat merupakan tanah yang mampu menopang pertumbuhan tanaman dan hewan secara maksimal dan bebas dari bahan pencemar dan hama.
"Kita harus pelihara dan kelola tanah ini untuk kemaslahatan hidup semua makhluk dengan baik, benar, dan bijak" ujarnya.
Sebab tanah yang sehat merupakan modal utama bagi Indonesia untuk bisa menjadi lumbung pangan dunia pada 2045.
Baca juga: Indonesia Jadi Lumbung Padi Dunia Tahun 2009
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018