"Tekanan pada pasar saham (BEI) masih akan berlanjut," kata Analis Riset BNI Securities Muhammad Alfatih, di Jakarta.
Prediksi pelemahan ini terkait dengan kondisi bursa global dan regional yang masih mengalami penurunan cukup tajam.
Di awali dari bursa AS Wall Street dengan indeks Dow Jones Rabu malam ditutup anjlok 131,410 poin menjadi 8.769,70, langsung diikuti melemahnya beberapa bursa di kawasan Asia pada Kamis pagi ini.
Pada awal perdagangan bursa Tokyo, indeks Nikkei 225 di awal perdagangan yang melemah 203,870 poin ke posisi 9.035,16 terus diikuti bursa Hongkong dengan indeks Hang Seng yang dibuka melemah 231,650 poin ke 14.755,80 dan indeks Straits Times di bursa Singapura yang merosot 29,90 poin atau 1,57 persen ke posisi 1.8513,39.
Kondisi inilah yang akan menjadi sentimen negatif pasar dan masih menjadi faktor dominan, seperti pada perdagangan Rabu (7/1) kemarin.
Walaupun Bank Indonesia (BI) menurunkan BI-rate sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 8,75 persen tidak diikuti, dimana IHSG yang justru mengalami penurunan sebesar 14,067 poin atau 0,98 persen menjadi 1.421,470.
Menurut Alfatih, anjloknya bursa Saham India akibat munculnya skandal keuangan Satyam Computer Services. Chairman Satyam mengundurkan diri setelah membuat pengakuan telah menggelembungkan laba perusahaannya telah mempengaruhi bursa regional dan global.
Sementara kebijakan penurunan BI-rate, kata Alfatih, akan berdampak pada jangka menengah. "Penurunan BI-rate akan berdampak jangka menengah, jadi saya yakin kebijakan ini akan berdampak positif pada pasar saham," tambahnya.
"Asal tidak IHSG tidak lebih dari level 1.360 penurunannya, saya perkirakan indeks BEI akan segera melanjutkan kenaikannnya kembali," ungkapnya.(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009