New Delhi (ANTARA News) - India telah memilih presiden perempuan pertamanya, Sabtu, dalam peristiwa yang dikatakan para pendukungnya sebagai dorongan pada hak-hak jutaan perempuan yang tertindas, meskipun ada serangan sengit yang ditandai dengan skandal. Pratibha Patil, calon berusia 72 tahun dari koalisi yang berkuasa untuk jabatan yang kebanyakan seremonial itu, dengan mudah mengalahkan penantang dan sekaligus wakil presiden yang didukung-oposisi, Bhairon Singh Shekhawat, dalam pemilihan oleh parlemen nasional dan polisitisi negara itu. "Ini kemenangan rakyat," Patil mengatakan pada wartawan setelah hasil resmi diumumkan, seperti dilaporkan Reuters. "Saya berterima kasih pada rakyat India, pria dan wanita India, dan ini kemenangan untuk prinsip yang rakyat India kita tegakkan." Patil memperoleh sekitar dua pertiga suara badan pemilih (presiden dan wakil presiden). Tidak ada keraguan ia akan menang, karena dukungan dari koalisi yang berkuasa. Gubernur negara bagian padang pasir Rajasthan di India baratlaut, ia muncul di panggung nasional ketika koalisi pimpinan-partai Kongres dan sekutu komunisnya gagal menyetujui mengenai calon bersama. "Ini adalah momen yang sangat khusus bagi kita perempuan, dan pria tentu saja, di negara kita karena untuk pertama kalinya kita memiliki seorang perempuan yang terpilih sebagai presiden India," pemimpin partai Kongres, Sonia Gandhi, politikus yang sangat berpengaruh di India, mengatakan. Para pendukungnya mengharapkan pencalonan Patil akan membantu memunculkan masalah yang mengganggu wanita India, seperti kekerasan terkait-mahar, ke pusat perhatian umum. Satu perempuan dibunuh, diperkosa dan dilecehkan tiap tiga menit rata-rata di India. Kepresidenannya juga merefleksikan kekuasaan yang meningkat dari beberapa wanita di India, tempat jumlah (pereempuan) yang meningkat mengambil bagian dalam angkatan kerja, di sekolah serta memegang jabatan tinggi di perusahaan negara. Setelah hasil itu, para pendukung Patil turun ke jalan, bernyanyi, menari sementara yang lain menyulut kembang api dan menabuh dram kuningan yang besar. India telah memiliki ikon perempuan pada masa lalu -- mertua perempuan Sonia Gandhi yang sangat terkenal, Indira, yang merupakan salah satu perdana menteri perempuan pertama di dunia pada 1966. Skandal Namun harapan kepresidenan Patil hanya akan memicu pembicaraan positif mengenai pengaruh perempaun di India menguap ketika bank yang muncul untuk wanita yang ia bantu dirikan ditutup pada 2003 karena hutang yang dianggap tidak dapat dibayar dan di tengah tuduhan ketidakberesan keuangan. Serikat pekerja telah membawa Patil dan beberapa orang lainnya ke pengadilan, menyatakan pinjaman yang ditujukan untuk perempuan miskin malahan diberikan pada saudara laki-lakinya dan kerabatnya yang lain serta belum dikembalikan. Ia juga telah dituduh berusaha untuk melindungi saudara laki-lakinya dalam satu penyelidikan pembunuhan. PM Manmohan Singh mengesampingkan tuduhan terhadap Patil itu sebagai "fitnah". "Semua tuduhan terhadap saya telah dimotivasi dan telah dijawab," kata Patil dalam satu pernyataan pekan lalu. Kampanyenya ditandai dengan kecelakaan lainnya juga. Ia juga berusaha untuk menyakiti hati banyak minoritas Muslim, dan membuat marah sejumlah sejarahwan, dengan mengatakan wanita India mengerudungi kepala mereka pertama-tama sebagai perlindungan terhadap penyerbu Muslim abad ke 16. Lalu itu ia mencemaskan India modern dengan menyatakan ia telah mengalami "pertanda ketuhanan" bahwa ia telah dipersiapkan untuk jabatan yang lebih tinggi dari seorang guru spiritual yang telah lama mati. Kritikus juga mencari komentar yang ia katakan dibuat sebagai menteri kesehatan Maharasthra pada 1975, yang mengatakan orang dengan penyakit turunan akan disterilkan. (*)
Copyright © ANTARA 2007