London (ANTARA News) - Ribuan penggemar Harry Potter membanjiri toko buku di seluruh dunia Sabtu, saat volume ketujuh dan terakhir dari rangkaian buku tersebut dijual, dan bagi banyak orang rahasia nasib anak laki-laki penyihir itu hanya terpaut beberapa jam saja. "Harry Potter and the Deathly Hallows" digelar di rak di seluruh sebagian besar kota dunia, Jumat, pukul 23:01 GMT (Sabtu, pukul 05:01 WIB), dalam peluncuran yang bertujuan memaksimalkan ketegangan dan penjualan mulai dari Tokyo dan New York sampai Taiwan dan Australia. Penggemar Harry Potter, dengan berpakaian ala-penyihir dan tokoh lain, dari puluhan negara menembus hujan lebat di London dan menerobos suasana remang fajar di Australia dan India untuk memperoleh buku perdana volume terakhir tersebut. Tersiar campuran rasa gairah dan penyesalan di kalangan kerumunan orang di New York, tempat toko-toko memutuskan untuk menunggu sampai tengah malam waktu setempat untuk meluncurkan "Deathly Hallows", sehingga mereka tertinggal beberapa jam dari belahan lain dunia. "Rasanya seperti kehilangan sebagian masa kecil saya," demikian komentar William Bishop (16), yang berpakaian sebagai Harry Potter lengkap dengan luka di pelipisnya. Di Sydney, sebanyak 1.500 penggemar Harry Potter naik dua kereta dari pusat kota tersebut ke tujuan rahasia tempat staf toko buku sedang menyiapkan diri untuk menjual buku itu. Musisi dan penghibur dengan membawa hewan peliharaan berupa tikus, kadal dan ular menghibur penumpang kereta yang terdiri atas anak-anak yang bergairah bersama orang tua mereka, kebanyakan di antara mereka memakai kostum tokoh dalam buku tersebut. Seorang penggemar harus diselamatkan dari satu danau di ibukota negeri itu, Canberra, Jumat, setelah ia terjun untuk menyelamatkan tiket pra-pembelian yang diperlukan untuk mengambil buku yang akan dibelinya. Di Mumbai, India, anak-anak berusaha menerka-nerka apa yang akan terjadi pada Harry, setelah penulis buku itu, JK Rowling, tahun lalu mengatakan bahwa setidaknya dua tokoh utama akan menemui ajal pada akhir buku ketujuh. "Saya bertaruh dengan teman-teman saya bahwa Harry takkan mati," kata Abhigyan Jain, penggemar muda yang berpakaian ala Death Eater. Kegairahan muncul kendati ada serangkaian bocoran di Internet, dan kekeliruan oleh penjual Online AS berarti sebanyak 1.200 kopi dikirim kepada pembeli beberapa hari sebelum penerbitan. Bocoran telah membuat pusing banyak penerbit Harry Potter, yang mengeluarkan jutaan dolar AS guna berusaha mempertahankan kerahasiaan isi buku itu.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007