Surat yang ditulis tangan pada secarik kertas warna putih tersebut saat ini viral di media sosial. Surat itu terlihat difoto dari atas salah satu tubuh jenazah terduga teroris.
"Betul, ada satu lembar surat. Ditulis tangan," kata Kabid Humas Polda Riau, AKBP Sunarto.
Meski begitu, Sunarto tidak merincikan isi surat tersebut.
Sementara itu, berdasarkan pantauan Antara, surat tersebut berisi tentang ajakan untuk melakukan tindakan teror. Dalam surat tersebut juga dijelaskan pihak-pihak yang diperangi oleh golongan teroris tersebut.
Selain menemukan sepucuk surat, Sunarto mengatakan dari olah tempat kejadian perkara jajarannya juga menyita sejumlah barang bukti.
Diantaranya adalah rangkaian kabel dari tubuh salah satu pelaku teror yang mati ditembak polisi. Namun, rangkaian kabel itu bukan merupakan sebuah bom, hanya kamuflase sebagai aksi teror.
"Tidak ada rangkaian bahan peledak dari aksi teror tersebut," ujarnya.
Sunarto menjelaskan, dalam aksi tersebut ada empat titik lokasi di halaman Mapolda Riau. Titik pertama di depan Direktorat Intel satu orang tewas ditembak.
Di TKP itu ditemukan satu sangkur bertuliskan Maryam, satu buah samurai, satu gulung bendera warna hitam, satu sebo loreng, celana, satu buah pisau lipat, satu pelindung lutut. Satu sepatu warna hitam Caterpillar, kaos kaki loreng.
Di TKP 2 di depan pindu gedung utama, ditemukan satu samurai, sepatu, kaos kaki warna loreng.
TKP 3 depan penjagaan Shabara, kata Sunarto, satu badik kecil, satu samurai, sepatu hitam, sebo warna loreng, ikat kepala warna hitam.
Sementara di TKP 4, berada di luar pagar bagian jalur keluar Mapolda Riau ditemukan sepasang sepatu, satu samurai, sebo warna loreng, ikat kepala warna hitam dan mobil avanza BM 1192 RQ.
Lebih jauh, ia mengatakan dari dalam mobil tersebut juga ditemukan jaket warna biru dongker, kabel warna merah, sebo warna hitam, dompet loreng berisi uang Rp170 ribu. Kemudian turut ditemukan STNK mobil atas nama Darul Mukni dengan nomor polisi BM 1192 RQ.
Baca juga: Polda Riau identifikasi empat jenazah terduga teroris
Pewarta: Bayu Agustari Adha
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018