Jayapura (ANTARA News) - Kerangka dari para korban jatuhnya helikopter jenis S-58T Twin Pack dengan nomor registrasi H-3451 milik TNI AU yang jatuh pada 12 Oktober 2005 di hutan belantara Lereh, Distrik Kaureh, Kabupaten Keerom, berbatasan dengan Papua Nugini (PNG) hingga kini belum dapat diidentifikasi.
Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Sentani, Jayapura, Kol.(Pnb) Ismono kepada ANTARA News di Sentani, ibukota Kabupaten Jayapura, Sabtu mengakui kalau Tim medis dari Lanud TNI AU, Sentani hingga kini masih mengalami kesulitan mengidentifikasi para korban karena kondisi fisik sudah hancur.
"Untuk itulah kami meminta bantuan tenaga dokter dari Mabes TNI AU Jakarta khususnya dokter forensik sehingga dapat mengidentifikasi kerangkan jenazah para korban," katanya.
Dia mengakui kalau pihaknya telah menerima data identitas diri dari keempat korban Helikopter yang naas tesebut dari mabes TNI AU Jakarta seperti gigi dan golongan darah namun karena kondisi fisik para korban sangat memprihatinkan maka hingga kini Tim medis Lanud TNI AU Sentani masih sulit mengidentifikasinya.
Keempat korban Helikopter AU itu masing-masing pilot Kapten Pnb. Beuceu Ishak, Ko-Pilot Letnan Pnb. Satria Utama dan dua awak Serma Hariyadi dan Serka Purnomo.
Kerangka jenazah para korban itu telah dievakusi pada Jumat (20/7) sekitar Pkl.12.00 WIT dari titik kejadian ke hanggar Lanud TNI AU di Senatini, Jayapura.
Evakuasi kerangka jenazah para korban jatuhnya helikopter AU itu dipimpin Komandan Skadron VI, Kol.Pnb.Ecing dengan menggunakan Helikopter Superpuma 3211.
Lamanya perjalanan kaki dari tempat pendaratan Helikopter Puma di Lereh, Kabupaten Keerom menuju titik jatuhnya Helikopter Twin Pack yang naas itu sekitar tiga jam.
Helikopter S-58T beregistrasi H-3451 itu jatuh saat melakukan latihan rutin sekitar Lanud Sentani,Papua pada 12 Oktober 2005 dengan rute Sentani-South Area Sentani. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007