Jakarta (ANTARA News) - Lembaga pemeringkat kredit internasional Fitch Ratings menilai depresiasi rupiah belakangan ini dapat menambah tekanan pada pengembang (developer) di Indonesia.
Menurut Fitch, dalam pernyataan resmi yang diterima Antara di Jakarta, Selasa, hal tersebut dikarenakan pengembang di Indonesia memiliki sebagian besar pinjaman dalam mata uang dolar AS.
Rupiah adalah mata uang berkinerja terburuk kedua di Asia dalam tiga bulan terakhir dan menembus Rp14.000 per dolar AS, level yang tidak terlihat sejak Desember 2015.
"Dalam jangka pendek, ini akan mempengaruhi pengembang Indonesia karena bunga dan pembayaran modal akan meningkat dalam mata uang lokal. Masing-masing pengembang yang di-rating oleh Fitch memiliki 50 persen atau lebih dari pinjaman mereka dalam dolar AS karena obligasi berdenominasi dolar secara tradisional lebih menarik karena mereka memiliki basis investor yang lebih luas dan lebih murah daripada pinjaman bank atau obligasi domestik," tulis Fitch.
Fitch juga percaya bahwa depresiasi mata uang juga dapat menyebabkan "buyers" menunda pembelian besar karena ketidakpastian seputar pemilihan presiden pada 2019. Akibatnya, ini dapat menghasilkan "presales" yang lebih rendah dari perkiraan dan arus kas yang terkait.
Margin keuntungan tebal pengembang Indonesia berasal dari bank-bank tanah mereka yang besar dan berbiaya rendah, yang menyediakan bantalan yang cukup terhadap depresiasi rupiah, tetapi marjin dapat menipis seiring waktu jika permintaan properti lunak dan depresiasi mata uang masih ada.
Depresiasi rupiah juga akan berdampak terbatas pada profil "leverage" pengembang. Jika rupiah melemah ke sekitar Rp15.000 per dolar AS, leverage untuk pengembang yang di-rating oleh Fitch akan meningkat antara 2-6 persen.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018