Surabaya (ANTARA News) - Terduga teroris yang ditembak mati polisi di rumah kosnya Jalan Sikatan IV, Manukan Wetan, Kecamatan Tandes, Surabaya, Rabu petang oleh warga sekitar dikenal bernama Teguh.
"Usianya sekitar 40-an tahun. Istrinya bernama Yanti. Pasangan ini dikaruniai tiga orang anak yang masih kecil-kecil," ujar Ramin, Ketua RT 6/ RW 2, Kelurahan Manukan Wetan, Tandes, Surabaya, saat dikonfirmasi di lokasi kejadian, Rabu malam.
Menurut dia, anaknya yang terkecil kira-kira berusia 5 atau 6 tahun, selanjutnya dengan kakak-kakaknya terpaut sekitar dua tahunan.
Keluarga ini memang dikenal tertutup dengan warga sekitar. Teguh beserta keluarganya tinggal di lingkungan Jalan Sikatan IV sekitar lima tahun terakhir.
"Kalau Pak Teguh asalnya dari Kelurahan Manukan Kulon, Surabaya. Istrinya dari Jombang. Sudah dua kali pindah kos selama lima tahun tinggal di sini, tapi semuanya berlokasi di Jalan Sikatan IV," ucap Ramin.
Baca juga: Keluarga terduga teroris dibawa ke Polda Jatim
Baca juga: Saksi mata: baku tembak polisi vs teroris baru berhenti setelah setengah jam
Baca juga: Ada baku tembak dengan terduga teroris, warga malah padati lokasi
Teguh ditembak mati tim polisi yang membekuknya sekitar pukul 17.00 WIB di rumah kosnya. Warga sekitar mengaku mendengar serentetan tembakan yang dilepaskan polisi.
"Kami tidak tahu apakah Pak Teguh juga melepaskan tembakan. Kami cuma mendengar beberapa kali suara tembakan," ucap Ramin.
Polisi telah memasang garis pembatas di sekitar radius 100 meter di rumah kos terduga teroris tersebut dan melarang setiap orang masuk. Polisi juga melarang setiap orang mengambil gambar, termasuk wartawan.
Versi polisi, Teguh adalah nama lain. Nama aslinya Dedi Sulistiantono, usia 41 tahun.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris Besar Polisi Frans Barung Mangera kepada wartawan mengatakan Teguh alias Dedi ditembak karena berupaya melawan saat hendak ditangkap.
Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo dan Hanif Nashrullah
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018