Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, bergerak melemah sebesar 67 poin menjadi Rp14.030 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.963 per dolar AS.
Chief Market Strategist FXTM, Hussein Sayed di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat menjadi salah satu kendala bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia dalam beberapa pekan terakhir ini.
"Semakin tinggi imbal hasil AS, semakin besar potensi arus keluar modal dari pasar berkembang," katanya.
Saat ini, lanjut dia, perhatian investor sedang tertuju pada rapat kebijakan Bank Indonesia. Bank Indonesia mungkin meningkatkan suku bunga guna menstabilkan rupiah dan mengurangi kekhawatiran investor mengenai arus keluar modal.
Direktur Strategi dan Kepala Makroekonomi PT Bahana TCW Investment Management, Budi Hikmat, menilai pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar AS cenderung disebabkan faktor eksternal dan bukan dari dalam negeri.
"Dari segi fiskal, baik itu pemasukan, pengeluaran, dan pembiayaan menunjukkan angka yang bagus. Bank Indonesia pun juga melakukan intervensi dengan melepas valas hingga 7 miliar dolar AS. Hal ini memperlihatkan kebijakan BI yang mempertimbangkan faktor stabilisasi dan pertumbuhan, sehingga ditempuh dalam bauran kebijakan (policy mix)," ujarnya.
Baca juga: Bank Indonesia ungkapkan teror bom Surabaya sedikit pengaruhi rupiah
Baca juga: Dolar AS menguat di tengah berkurangnya ketegangan perdagangan
Baca juga: Neraca perdagangan April 2018 alami defisit 1,63 miliar dolar AS
Menurut dia, mata uang rupiah yang tertekan menyusul stimulus pemerintah AS yang memangkas pajak korporasi, sehingga berpeluang bagi bank sentral AS (The Fed) dalam menaikkan suku bunga. Akan tetapi, nilai tukar rupiah bukan satu-satunya mata uang yang mengalami pelemahan terhadap dolar AS.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa (15/5) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp14.020 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.976 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018