Jakarta (ANTARA News) - Mantan Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup, Emil Salim, ternyata termasuk orang yang gemas akan isu "global warning" atau pemanasan global. "Saya gemas sekali akan `global warning`, apalagi kini masih ada orang yang belum mengetahui secara pasti akan seberapa besar bahayanya," katanya. Menurut lelaki kelahiran Lahat, Sumatera Barat (Sumbar), pada 8 Juni 1930 itu, pemanasan global adalah permasalahan yang sangat serius karena telah menyebabkan es di kutub mencair sehingga mengancam eksistensi dari sejumlah pulau kecil termasuk yang berada di Indonesia. Selain itu, kata anggota Dewan Pertimbangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pemanasan global juga berdampak negatif pada beragam aspek lainnya, seperti berkurangnya produksi pangan dan persediaan air bersih yang bisa diakses oleh masyarakat. Untuk itu, Emil Salim berharap, agar pola pikir seluruh bangsa dapat diubah dan diarahkan untuk mencari solusi inovatif, seperti mencoba menemukan bibit tanaman yang tahan akan kekeringan yang ditimbulkan oleh pemanasan global. Salah satu contoh kota di tanah air yang telah terkena efek pemanasan global, ujar lulusan Universitas Berkeley di Amerika Serikat (AS) itu, adalah Bandung, ibukota Jawa Barat, yang terletak di daerah yang berbentuk lembah atau cekungan. "Daerah berbentuk lembah menyebabkan gas karbondioksida yang dikeluarkan alat transportasi yang semakin banyak di Bandung tidak dapat disapu seluruhnya oleh angin sehingga kini kota tersebut semakin panas dibandingkan beberapa dekade lalu," katanya. Emil menambahkan bahwa bila seseorang pergi ke Bandung menggunakan pesawat terbang, maka ketika akan mendarat orang tersebut dapat melihat awan kelabu yang merupakan gas karbondioksida (CO2) yang tergantung di atas kota itu. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007