Kapolri Tito mengatakan, dari tim Polri, terutama Polda yang dibantu tim Mabes Polri telah melakukan investigasi untuk mengidentifikasi pelaku.
"Kita sudah mengidentifikasi kelompoknya yaitu Jamaah Ansharud Daulah (JAD). Sudah saya sampaikan kemungkinan motifnya terkait dengan serangan ini karena ada instruksi dari ISIS yang mendesak dan memerintahkan sel-sel lainnya," ujarnya.
Setelah terjadi aksi bom bunuh diri di tiga gereja, ledakan juga terjadi di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo. Setelah polisi mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) ternyata itu ledakan yang terjadi karena kecelakaan sendiri.
"Anton Ferdiantono (pelaku) itu teman dekat Dita Oeprianto pelaku bunuh diri jalan Arjuno. Mereka aktif berhubungan pernah jg berkunjung ke Lapas Tulungagung tahun 2016," katanya.
Baca juga: Kapolri: pelaku bom Polrestabes merupakan satu keluarga
Baca juga: Kapolri: pelaku pengeboman tahu cara hindari intelijen
Tito menjelaskan kelompok ini melakukan aksi setelah terjadi kerusuhan di Mako Brimob Depok beberapa waktu lalu. Selain itu aksi dilakukan karena pemimpinnya, Aman Abdurahman ditangkap polisi.
"Kerusuhan di Mako tidak sekadar kerusuhan makanan yg tidak boleh masuk. Tapi karena ada upaya untuk melakukan pembalasan, kemudian untuk di Jatim sendiri itu kelompok JAD Cabang Surabaya," tuturnya.
Kelompok itu melakukan langkah-langkah secara tertutup untuk melakukan penyerangan dengan mempersiapkan bom.
Dirinya melihat bom yang dipakai pelaku bermacam-macam. Meski menggunakan bom pipa ada yang ditumpuk ada juga yang menggunakan bensin seperti yang di gereja.
Kelompok JAD Surabaya ini mengebom dengan tri aceton tri proxid. Bahan peledak ini sangat dikenal di kelompok ISIS yang didapat dengan bahan yang mudah diperoleh dan diramu.
"Bahan tri aceton tri proxide yg dikenal di kelompok ISIS, Suriah, Irak dan disebut the mother of satan, karena daya ledaknya tinggi dan sangat sensitif," ujarnya.
Baca juga: Presiden ajak mubaligh turun tangan benahi bangsa
Baca juga: Presiden desak DPR selesaikan RUU tindakan terorisme
Pewarta: Indra Setiawan/Willy Irawan
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018