"Kita harus meningkatkan kewaspadaan dan deteksi dini serta melibatkan unsur-unsur intelijen. Untuk menangani terorisme perlu keterlibatan seluruh komponen masyarakat," kata Mulyono, di Mabesad, Jakarta, Senin.
TNI Angkatan Darat sendiri siap membantu aparat kepolisian dalam memberantas terorisme, manakala dibutuhkan. Namun yang terpenting perlunya peningkatan kewaspadaan.
"Kita tidak tahu posisi teroris ada dimana. Bisa dikatakan, mereka memegang kendali untuk melancarkan aksinya dalam meneror. Mereka mau meledakkan bom dimana saja juga bisa. Makanya perlu ada peningkatan deteksi dini," kata Jenderal bintang empat ini.
Menurut dia, dalam menangani terorisme tidak hanya unsur Polri dan TNI saja, melainkan komponen bangsa juga bisa berpartisipasi untuk mencegah adanya aksi terorisme.
"Semua cara bisa dilakukan. Jangan berikan peluang dan tempat bagi teroris untuk melakukan aksinya di Indonesia. Semua harus bersuara, kalau ada yang mencurigakan bisa segera dilaporkan. Semua komponen bangsa harus turun tangan," katanya.
KSAD menegaskan keterlibatan TNI dalam menangani terorisme tidak boleh sembarangan, namun ada aturan mainnya.
"Aksi teror bom ini menjadi keprihatinan kita semua. Dalam operasi dan penindakan ada aturan mainnya. Saat ini polisi tengah melakukan itu. Kita harapkan polisi bisa menyelesaikannya," kata mantan Pangkostrad ini.
Ia menambahkan tidak perlu mendesak-desak agar revisi UU Terorisme bisa segera diselesaikan. Namun, berbagai peristiwa belakangan ini bisa menjadi referensi agar revisi UU Terorisme biea segera diselesaikan oleh pemerintah dan DPR.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018