Orang NTT dari partai oposisi yang menyerang Jokowi tidak pantas dipilih rakyat NTT. Karena di jaman Jokowi, NTT merasakan pembangunan yang luar biasa. Stop percaya mereka."
Kupang (ANTARA News) - Gubernur Nusa Tenggara Timur, Frans Lebu Raya mengatakan, pembangunan infrastruktur yang dilakukan Presiden Joko Widodo bukan untuk kepentingan pencitraan.
"Kalau Jokowi membangun infrastruktur demi pencitraan, maka tidak perlu bangun NTT dan Papua. Cukup bangun di wilayah yang penduduknya banyak," kata Lebu Raya melalui pesan singkat, Senin.
Dia mengemukakan hal itu, menanggapi pernyataan Ketua Komisi V DPR-RI Fary Francis yang menyebut bahwa pembangunan infrastruktur yang dilakukan Presiden Jokowi hanya untuk pencitraan.
Ketua Komisi V DPR Fary Djemy Francis mengatakan, pembangunan infrastruktur justru hanya menjadi ajang pencitraan bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menghadapi kontestasi politik pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
"Kita lihat semua target-target berkaitan dengan pembangunan infrastruktur, itu ujungnya kalau tidak harus diselesaikan 2018, 2019," kata Fary dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia di Jakarta, Jumat (11/5).
Pencitraan tersebut, kata Fary, terlihat dari banyaknya pemberitaan tentang pembangunan infrastruktur yang muncul di media massa, baik cetak maupun elektronik. Padahal, bila dilihat dari anggaran yang dialokasikan, sebenarnya tidak terlalu besar.
"Orang NTT dari partai oposisi yang menyerang Jokowi tidak pantas dipilih rakyat NTT. Karena di jaman Jokowi, NTT merasakan pembangunan yang luar biasa. Stop percaya mereka," tulis Gubernur Lebu Raya dalam pesan singkat.
"Di Pilpres tahun 2014 Jokowi menang 72 persen di NTT. Artinya rakyat NTT menyukai Jokowi. Itu di saat Jokowi belum buat apa-apa untuk NTT," katanya.
Apalagi saat ini rakyat NTT merasakan pembangunan yang dilakukan Presiden Jokowi, katanya.
Artinya, menyerang Jokowi sama dengan menyerang pendukungnya yang besar di NTT, kata Lebu Raya menambahkan.
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018