Yangon (ANTARA News) - Para penguasa militer Myanmar tidak mengizinkan pemimpin demokrasi Aung San Suu Kyi menghadiri satu acara Kamis untuk memperingati pembunuhan ayahnya, pahlawan kemerdekaan Jenderal Aung San, 60 tahun lalu. Sekitar 100 pejabat dan diplomat berkumpul di Makam Pahlawan dekat pagoda emas Shwedagon di bawah penjagaan ketat keamanan di Yangon tengah untuk menghormati jenderal itu dan delapan pejabat lainnya yang ditembak mati pada 19 Juli 1947. Mereka dibunuh dalam satu sidang kabinet persis setahun sebelum tujuan kemerdekaan dari Inggris dicapai. Kendatipun junta melarang pemenang Hadiah Perdamaian Nobel itu hadir pada acara itu, pemerintah mengundang abangnya Aung San Oo. Abangnya itu, yang tinggal di AS, tidak berbicara dalam acara 10 menit itu. Aung San Suu Kyi, menghabiskan sebagian besar dari masa tahanan 17 tahunnya dalam tahanan rumah. Partainya diizinkan mengirim wakil-wakilnya ke acara itu. Militer kadang-kadang mengizinkan Aung San Suu Kyi meninggalkan rumahnya di bawah pengawalan militer untuk meletakkan karangan bunga di makam itu, tapi dalam tahun-tahun belakangan ini ia tidak lagi mendapat kelonggaran seperti itu. Partainya, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) mengatakan pihaknya akan menyelenggarakan peringatan sendiri Hari Pahlawan itu di markas besarnya kemarin. Acara itu dilakukan sehari setelah para penguasa Myanmar membuka putaran terakhir perundingan konstitusi, yang menurut para pembela demokrasi akan menjamin junta tetap menguasai pemerintah. NLD memboikot pertemuan itu sejak tahun 1995 sebagai protes atas penahanan terhadap Aung San Suu Kyi. NLD memenangkan pemilu tahun 1990 tapi militer menolak mengakui hasil-hasil itu dan sebaliknya malahan melakukan perundingan konstitusi, yang menurut para jenderal akan menuju pada pemilu baru. Myanmar, dulunya bernama Burma berada dalam pemerintahan militer sejak tahun 1962, demikian AFP.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007