Manado (ANTARA News) - Kementerian Sosial langsung menurunkan Tim Dukungan Psikososial (LDP) untuk memberikan penguatan psikologi dan mental kepada korban bom Surabaya, Jawa Timur, Minggu.
"Indonesia menangis dengan kejadian bom Surabaya pagi tadi, sehingga sebagai penguatan dan dukungan, Kemensos langsung mengambil langkah awal," kata Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos RI Harry Hikmat, saat membuka Bimbingan Pemantapan SDM Program Keluarga Harapan (PKH) tahun 2018, di Manado.
Dia mengatakan penurunan tim LDP ini ke Surabaya langsung berkoordinasi dengan Polda setempat.
Kemensos penting untuk turun ke lokasi bom Surabaya karena ingin memberikan dukungan dan penguatan agar mereka dengan tawakal menerima kenyataan ini.
Menurutnya, sudah menjadi tugas Kemensos memberikan dukungan kepada keluarga korban baik psikologis maupun bantuan dana sosial lainnya, sehingga tidak ada trauma yang berkepanjangan," katanya.
Karena, katanya lagi, pasti ada anak-anak di dalamnya.
"Kami akan terus mendampingi, keluarga korban dan terutama anak-anak," katanya lagi.
Jangan sampai, anak-anak ini terganggu masa depannya, ujar dia lagi.
Kemensos sesuai dengan peraturan menteri akan memberikan santunan bagi korban bencana sosial akibat teroris di Surabaya kepada ahli waris masing-masing Rp15 juta.
Kemudian, kebutuhan-kebutuhan lain keluarga yang ditinggalkan, apalagi jika kepala keluarga yang meninggal akibat ledakan bom tersebut.
"Kami akan memberikan Program Indoneaia Pintar, Indonesia Sehat, dan sebagainya sehingga keluarga korban tidak jatuh miskin, dan secara langsung akan diikutkan dalam Program Keluarga Harapan (PKH).
Ledakan bom di Surabaya, Minggu pagi, terjadi di Gereja Santa Maria Tak Bercela Ngagel pukul 07.30 WIB, di GKI Jalan Diponegoro pukul 07.35 WIB, dan Gereja Pantekosta Jalan Arjuno pukul 08.00 WIB.
Pewarta: Nancy Lynda Tigauw
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018