Manila (ANTARA News) - Aksi teror dan brutal berlanjut di pulau bergolak Basilan, Filipina selatan, Kamis, karena beberapa pria tak dikenal yang bersenjata membunuh dengan cara memenggal kepala seorang imam lagi. Militer menyatakan kelompok yang sama yang merusak 10 mayat prajurit Marinir yang tewas dalam baku tembak pada 10 Juli diduga berada di balik pembunuhan imam itu. Nama imam tersebut dirahasiakan. Komandan militer di pulau itu, Kolonel Marinir Ramiro Alivio mengatakan mayat imam itu dipotong-potong dan dimasukkan ke dalam karung. Warga Desa Balagtasan di kota kecil Lamitan belakangan menemukan mayat tersebut. "Kami mengutuk pembunuhan ini dan pemerintah sekarang sedang memburu pelaku pembunuh muballigh ini," kata Alivio sebagaimana dikutip Arab News. Alivio menyatakan bahwa korban telah memberi keterangan kepada militer mengenai kelompok Abu Sayyaf, yang memiliki hubungan dengan Al-Qaeda, dan anasir pelanggar hukum di Basilan. "Warga desa, termasuk jamaah imam tersebut, membantu kami dan memberi keterangan mengenai pelaku teror dan kelompok kriminal di Basilan," kata Alivio tanpa memberi perincian lebih lanjut. Pekan lalu, anggota Abu Sayyaf jdiduga uga membunuh seorang tokoh agama di kota kecil Al-Barka, Basilan, karena ia dicurigai memberi keterangan kepada militer menenai Pastur Italia Giancarlo Bossi, yang diculik. Para pejabat setempat mengatakan pembunuhan imam itu di Desa Ginanta di Al-Barka pada 10 Juli terjadi beberapa jam sebelum beberapa pria bersenjata menyerang iring-iringan Marinir yang datang untuk memeriksa laporan bahwa imam tersebut bersembunyi di sebuah tempat di kota kecil itu. Front Pembebasan Islam Moro (MILF), kelompok Muslim terbesar yang berusaha mendirikan negara merdeka di Filipina selatan, menyatakan prajuritnya berada di balik serangan tersebut tapi membantah mereka memancung prajurit yang tewas. Pemimpin MILF juga menyatakan bahwa tentara berada di belakang pembunuhan imam Ginanta, tuduhan yang dibantah keras oleh militer, demikian IINA.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007