Jakarta (ANTARA News) - Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (F-PPP) DPR mendesak Badan Intelijen Negara (BIN) melakukan evaluasi internal menyusul aksi teror di sejumlah gereja di Surabaya, Jawa Timur, Minggu.
"Kami mendesak BIN untuk melakukan evaluasi di internal atas kinerja aparat di lapangan," kata Ketua F-PPP Reni Marlinawati di Jakarta, Minggu.
F-PPP menyayangkan kinerja BIN yang tidak bisa mendeteksi secara dini peristiwa peledakan bom yang terjadi di Surabaya.
"Bila deteksi dini dapat dilakukan dapat mencegah timbulnya korban serta kerusakan di tengah masyarakat," kata Reni.
Secara terpisah Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengatakan Indonesia sudah darurat terorisme.
"Saya melihat ini sudah darurat terorisme. Kejadian demi kejadian silih berganti," katanya.
Menurut anggota DPR dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu, bom bunuh diri di Surabaya diduga kuat merupakan aksi lone wolf (pelaku tunggal), jaringan atau sel terputus teroris.
"Mereka terpapar radikalisme dan terorisme dari media sosial. Mereka bergerak sendiri meski berbaiat dengan kelompok Jamaah Anshorut Daulah (JAD)," katanya.
Menurut Yaqut, mereka bisa membuat bom dan taktis dalam bergerak. Mereka akan terus melakukan teror.
Meski demikian, ia mengajak masyarakat untuk tidak takut dan bersama-sama melawan terorisme.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018