Sofia (ANTARA News) - Sebuah komisi penyelidik sejarah Bulgaria mengumumkan, Kamis, Presiden Georgi Parvanov berkomplot dengan polisi rahasia selama era komunis -- tuduhan yang telah dibantah kepala negara tersebut sebelumnya. Komisi itu, yang dibentuk untuk memberikan kejelasan mengenai masa lalu komunis Bulgaria, mengatakan di situs beritanya, Parvanov direkrut sebagai kaki-tangan untuk Darzavna Sigurnost yang sangat ditakuti pada 4 Oktober 1989, sebulan sebelum rejim komunis itu runtuh. Komisi itu tidak memberikan penjelasan terinci lebih lanjut, namun pengumuman itu, bahkan meski diperkuat, tidak lebih dari sekadar usikan kecil bagi Parvanov, yang terpilih kembali sebagai presiden dengan memperoleh suara besar dalam pemilu Oktober lalu. Komisi itu tidak memiliki wewenang untuk menghukum mereka yang terbukti terlibat dalam penindasan komunis, dan rakyat Bulgaria yakin bahwa sebagian besar dari anggota-anggota elit politik terlibat dalam masalah itu. Bulgaria, satelit komunis Moskow yang paling patuh, bergerak lebih lamban ketimbang negara-negara lain di bekas blok Uni Sovyet untuk menyelidiki pekerjaan polisi rahasia, dan baru mulai melakukan hal itu tahun ini setelah bergabung dengan Uni Eropa. Parvanov, yang kini berusia 50 tahun, adalah seorang akademikus muda di Lembaga Sejarah Partai Komunis Bulgaria pada saat insiden yang dipermasalahkan itu terjadi. Ia mengatakan tahun lalu, ia telah membuat ulasan buku bagi seseorang yang kemudian terbukti sebagai agen, namun ia membantah bersekongkol dengan polisi rahasia. Kantornya menyatakan, Kamis, Parvanov tidak memiliki komentar apa-apa lagi namun meminta komisi itu memberinya arsip-arsip agar ia bisa menerbitkannya di situs berita kepresidenan. Komisi itu -- yang secara resmi bernama Komisi bagi Pembukaan Arsip eks-Polisi Rahasia Komunis -- juga menyatakan, sekitar 20 pejabat lain yang bekerja bagi kantor presiden sejak 1990 juga menjadi antek-antek dalam penindasan komunis, demikian lapor Reuters.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007