"Kita sekarang harus membuat struktur ekonomi jauh lebih kuat, dengan menciptakan industri yang bisa memproduksi bahan baku dan bahan modal," kata Sri Mulyani di Jakarta, Rabu malam.
Sri Mulyani mengatakan kinerja investasi yang saat ini sedang tumbuh tinggi atau mencapai 7,95 persen pada triwulan I-2018 harus ditingkatkan agar makin berkontribusi kepada perekonomian.
Sedangkan sektor ekspor yang tumbuh 6,17 persen, atau hanya setengah dari impor yang tumbuh 12,75 persen pada periode sama, harus mulai diperkuat untuk memperkecil defisit neraca transaksi berjalan.
"Ekspor kita baru separuhnya dari impor, dan ini akan jadi salah satu penghambat, apabila kita ingin tumbuh tinggi. Maka ekspor kita harus dipacu," katanya.
Untuk itu, pemerintah akan kembali memperkuat kebijakan untuk mendorong kinerja investasi maupun ekspor, salah satunya dengan perumusan insentif fiskal, agar fundamental ekonomi makin terjaga.
"Karena ini adalah cara untuk menyelesaikan dan meng-address isu yang sifatnya struktural," ujar Sri Mulyani.
Baca juga: Darmin: konsumsi domestik terdampak perubahan perilaku belanja
Baca juga: Sri Mulyani sambut ekonomi 5,06 persen triwulan I-2018
Baca juga: BPS: ekonomi triwulan I-2018 tumbuh menjanjikan, 5,06 persen
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik mencatat perekonomian Indonesia pada triwulan I-2018 sebesar 5,06 persen (yoy) tumbuh lebih menjanjikan daripada periode sama tahun 2017 yang hanya tercatat 5,01 persen.
Meski demikian, pencapaian tersebut belum terlalu optimal atau masih dibawah sejumlah proyeksi yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan I-2018 berada pada kisaran 5,1 persen-5,2 persen.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018