Jakarta (ANTARA News) - Cadangan devisa Indonesia menurun 1,1 miliar dolar AS menjadi 124,9 miliar dolar pada akhir April 2018, yang di antaranya digunakan untuk mengendalikan nilai tukar rupiah dari keperkasaan dolar beberapa waktu terakhir.
"Penurunan cadangan devisa pada April 2018 terutama dipengaruhi oleh penggunaan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Agusman dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa.
BI menegaskan jumlah cadangan devisa masih tinggi dan memadai untuk menjaga ketahanan dari tekanan eksternal, serta jumlahnya mampu memelihara stabilitas perekonomian domestik.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,7 bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Jumlah cadangan devisa juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
"Ke depan, Bank Sentral memandang cadangan devisa tetap memadai didukung terjaganya keyakinan terhadap prospek perekonomian domestik yang membaik dan kinerja ekspor yang tetap positif," ujarnya.
Pada Selasa, rupiah masih melanjutkan tren pelemahan ke level psikologis Rp14.000 per dolar AS. Kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor) yang diumumkan BI Selasa ini menunjukkan, nilai tukar rupiah melemah ke Rp14.036 per dolar AS dari posisi Senin (7/8) di Rp13.956 per dolar AS.
Menilik data BI, posisi cadangan devisa sejak awal 2018 terus menunjukkan penurunan. Pada Januari 2018, cadangan devisa sebesar 131,9 miliar dolar AS yang kemudian melorot di Februari 2018 menjadi 128,06 miliar dolar AS.
Selanjutnya cadangan devisa juga tergerus pada Maret 2018 menjadi 126 miliar dolar AS. Kemudian pada April 2018 cadangan devisa turun menjadi 124,9 miliar dolar AS.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018