"Ke depan, kita harus berpikir teknologi kalau tidak mau ditinggal negara lain. Memang masa depan Indonesia ada di laut, dua per tiga Indonesia itu air, kita harus sadari itu. Sehingga masa depan kita di air, di laut di samudera," kata Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Selasa.
Presiden menyampaikan hal itu dalam acara Silaturahim dengan perwakilan nelayan seluruh Indonesia dan peserta Rembug Nasional tahun 2018 serta Musyawarah Nasional VII Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia yang dihadiri oleh sekitar 200 peserta.
"Kalau tidak mulai membuat fondasi, melihat ke depan ya tidak akan berkembang ikannya. Fondasi ini yang sedang proses kita bangun agar betul memiliki lompatan hasil produksi tangkapan budidaya kita dikerjakan nelayan betul-betul bisa meningkat," tambah Presiden.
Presiden lalu menceritakan kunjungannya ke Pangandaran,Jawa Barat untuk meninjau Keramba Jaring Apung Lepas Pantai.
"Sudah kita buka kemarin di Pangandaran, di Karimun Jawa dan di Sabang, ini yang namanya keramba jaring apung lepas pantai, karena apa pun nelayan itu juga harus mengikuti perubahan teknologi di dunia yang ada," ungkap Presiden.
Keramba itu berada di tengah laut, delapan mil dari pantai. Cara budidaya seperti itu sudah juga dilakukan di Norwegia dan Taiwan.
"Memang ini harganya mahal, betul Tapi kalau nelayan bergabung dalam bentuk koperasi besar kenapa tidak? Ini sekali menghasilkan bisa berapa ton? Satu lubang jaring 100 ton, satu tempat ada delapan lubang, berarti 800 ton, gede sekali. Kemarin yang di Pangandaran kakap putih ya Bu (Susi)? Semua kakap putih kita pilih ikan-ikan mahal, gampang dijual, pasar ekspor terbuka, ini yang kita kerjakan," jelas Presiden.
Presiden pun mengajak para nelayan agar melihat langsung keramba lepas pantai itu ke Pangandaran, Sabang maupun Karimun Jawa.
"Yang belum pernah lihat ya kesana, (ongkos) sendiri ke sana," kata Presiden disambut tawa para nelayan.
Baca juga: Nelayan jangan mau "dikompori", kata Presiden
Baca juga: Menteri Susi haruskan inovasi riset peneliti nasional menjayakan nelayan Nusantara
Baca juga: KKP temukan inovasi teknologi menangkap ikan
Presiden juga mendengarkan satu keluhan dari Joni, nelayan dari Indramayu, Jawa Barat.
"Nelayan kecil terganggu sama cantrang, berangkat melaut seperti lotre, melaut pergi bawa bekal tapi pulang belum tentu dapat ikan," kata Joni.
"Ini yang disebut Bu Susi kalau menghilangkan cantrang itu tidak mudah, perlu transisi, nelayan pakai cantrang tidak sedikit sehingga pindah ke jaring yang ramah lingkungan agar ikan makin banyak di samudera kita. Jangan berpikir pendek setahun dua tahun, laut masih punya anak cucu cicit yang harus menikmati itu juga," tegas Presiden.
Presiden mengakui hal ini tidak dapat dibenai secara seketika/ instan tapi hal itu harus terus dicoba untuk diselesaikan.
"Kita harapkan setiap persoalan mari kita cari solusi jalan keluar bersama-sama. Saya selalu buka diri apa pun yang disuarakan nelayan tapi setiap daerah punya kasus dan persoalan beda-beda seperti di Memberamo ikan banyak tapi tidak bisa dibawa keluar untuk dijual, sedangkan di Indramayu ada kapal mesin tapi ikannya tidak ada," ungkap Presiden.
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018