"Kita punya tim khusus pembinaan, kita punya BPTP di 33 provinsi, ada 64 UPT se Badan litbang yang akan mendapingi program Bekerja Kementan," kata Kepala Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) Muhammad Syakir, di Bogor, Jabar, Senin.
Kementan membuat gebrakan baru dalam membantu mengentaskan kemiskinan di desa melalui program Bekerja yang diluncurkan bulan April 2018 lalu. Program ini menjangkau 1.000 desa di 100 kabupaten.
Program pengentasan kemiskinan berbasis pertanian ini secara agregat diharapkan mampu menekan angka kemiskinan sesuai target pemerintah menjadi satu digit atau di bawah 10 persen.
Program ini menyasar jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Untuk jangka pendek, tanaman sayuran menjadi solusi karena dalam waktu tiga bulan sudah bisa dipanen.
Jangka menengah masyarakat penerima program diberikan ayam atau kambing, karena ayam bisa bertelur dalam waktu enam bulan. Sedangkan jangka panjang diberikan tanaman keras seperti mangga, salak, manggis, durian, kopi, kakao, dan lainnya.
Melalui program Bekerja, setiap rumah tangga miskin menerima banyuan 50 ekor ayam kampung KUB, tiga ekor kambing atau domba, lima ekor kelinci beserta kandang, pakan untuk selama enam nulan, dua sampai tiga batang bibit tanama buah-buahan, sepuluh bibit kopi, kakao, lada, dan 10 batang bibit cabang atau bawang merah.
"Ayam KUB ini merupakan ayam kampung unggulan hasil inovasi Balitbangtan, yang bisa bertelur setiap hari, kapasitas produksinya bagus, dan memiliki lisensi, serta pedaging, laju komposnya juga tinggi, dalam delapan minggu bisa mencapai dua kilo," kata Syakir.
Menurut Syakir, setiap masyarakat penerima bantuan program tidak akan dilepas begitu saja, tetapi akan didampingi, agar memudahkan mereka dalam mengembangkan budi daya ternaknya.
Untuk pendampingan yang diberikan adalah, pendampingan membuat pakan agar bisa mandiri pakan, bantuan untuk mesin penetasan, dan pembina agar bisa menghasilkan DOC yang bagus.
Selain ayam, ada juga bebek, kambing dan domba yang disalurkan. Yang semuanya bisa dibudidayakan, setelah berkembang bisa dijualbelikan. Sehingga masyarakat miskin tersebut bisa lepas dari kemiskinan secara permanen.
Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018