Jakarta (ANTARA News) - Gambaran pernikahan di film romantis di mana kedua karakter utama hidup bahagia selamanya bukanlah cerminan dari kehidupan nyata.
Dulu gambaran ideal itu hanya bisa dilihat dari film atau dongeng, tapi sekarang semua itu bisa ditemui dengan mudah di media sosial. Foto dan video kehidupan pernikahan sempurna memenuhi linimasa media sosial.
Tanpa disadari, itu bisa berbahaya bagi hubungan Anda dengan pasangan.
Psikolog Ajeng Raviando menjelaskan gambaran pernikahan sempurna di media sosial dapat membuat seseorang punya ekspektasi tinggi.
Padahal, kenyataannya sebuah pernikahan bisa tetap harmonis lewat kompromi dan kerja keras dari kedua belah pihak.
"Ini rasa iri untuk mewujudkan pernikahan seperti itu," kata Ajeng dalam acara bincang-bincang “Istri Resik, Pernikahan Harmonis” di Jakarta, Senin.
Ketika ekspektasi itu terbentur oleh kenyataan, yang tersisa adalah rasa kecewa. Bisa jadi mereka terus membanding-bandingkan pasangan dengan apa yang dilihatnya di media sosial. Ujung-ujungnya, rasa tidak puas dengan pasangan merenggangkan hubungan.
Tidak cuma media sosial yang jadi tantangan pernikahan masa kini. Ajeng menyebutkan faktor lain yang disebabkan oleh penggunaan gadget secara berlebihan, di antaranya phubbing dan minimnya waktu berkualitas.
"Phubbing itu di mana kita lebih sibuk dengan gadget dan tidak bercakap-cakap secara tatap mata," jelas dia.
Kebiasaan menatap layar gadget sepanjang waktu juga berakibat pada kurangnya waktu berkualitas.
Padahal, aktivitas padat warga perkotaan ditambah kemacetan di sana-sini sudah mengikis kesempatan berharga tersebut.
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018