Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden (Wapres), M. Jusuf Kalla, mengatakan bahwa ekonomi Indonesia seharusnya lebih kuat daripada ekonomi China, India, dan Jepang, karena Indonesia memiliki keunggulan beragam Sumber Daya Alam (SDA). "Saya tahun ini beberapa kali ke luar negeri melihat banyak kemajuan di banyak negara, mulai dari India, China, dan Jepang. Saya tidak pernah sangsi bahwa kita ini harusnya lebih baik dan memang harus lebih maju dibandingkan dengan negara lain. Saya pikir tidak banyak negara yang memiliki SDA sebaik yang kita miliki," kata Wapres dalam sambutannya di Seminar Proyeksi Ekonomi Tengah Tahun 2007 di Jakarta, Kamis. Wapres mengatakan, kekuatan ekonomi Indonesia sebenarnya merupakan kelemahan ekonomi dunia yaitu dari sisi sumber daya alam. "Apa kelemahan ekonomi dunia? Energi yang terbatas, komoditi yang kurang, juga metalnya. Tiga kekhawatiran dunia itu keuntungan Indonesia. Tidak banyak negara yang memiliki tiga hal ini. Kita punya minyak, batubara, dan banyak sumber daya ekonomi lainnya," kata Wapres Kalla. Menurut Wapres, sumur gas Natuna dan Cepu yang diharapkan selesai tahun depan akan membuat Indonesia akan kembali memiliki surplus energi. "Kita juga punya berbagai komoditi. Meski minyak goreng naik, tetapi 30 persen yang masalah, sedang 70 persen menjadi keuntungan karena harganya naik. Yang 30 persen itu diperlukan di dalam negeri, yang ditukar dengan hasil dari Pungutan Ekspor (PE)," katanya. Dia memperkirakan, harga coklat, jagung, kopi, akan mengalami kenaikan sehingga menjadi kekuatan ekonomi Indonesia. "Meskipun harga komoditi kemudian turun, tetapi tetap pada tren yang tinggi," katanya. Menurut Wapres, ke masa depan ekspor barang-barang hasil pertambangan Indonesia harus memiliki nilai tambah dalam negeri dan tidak lagi berupa ekspor mentah. "Kita beri dua tahun lagi bagi eksportir dalam negeri, agar memberi nilai tambah," katanya. Dalam kesempatan itu, Wapres kembali menegaskan, pertumbuhan ekonomi pada 2008 harus mencapai tujuh persen dan pada 2009 harus mencapai delapan persen. "Kebijakan pemerintah sekarang kita balik. Kita tentukan dulu apa yang kita mau, kemudian kita bekerja berdasarkan target-target itu. Kita tidak mungkin menerima nasib. Selama ini kita hanya menerima nasib, pokoknya inflasi sekian, harga minyak sekian, 'listing' sekian. Kalau demikian, kita hanya tumbuh lima persen. Sekarang kita ubah, kita tentukan dulu maunya berapa, baru kita turun ke bawah dan kita harus mencapai itu dengan segala usaha," demikian Wapres Kalla. Pemerintah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2008 mengajukan pertumbuhan ekonomi 6,8 persen. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007