Bangkok (ANTARA News) - Ketika film baru Nicolas Cage "Bangkok Dangerous" diputar pada akhir tahun ini, ia akan membintangi film Thailand pertama yang akan menjalani berbagai perubahan menurut gaya Hollywood. Peristiwa ini merupakan tonggak bersejarah bagi industri film Thailand dan telah meningkatkan harapan pada pembuat film lokal untuk menjual lebih banyak lagi karya mereka kepada studio luar negeri selama berlangsungnya Festival Film Internaasional Bangkok yang dimulai Kamis malam. "Sebelumnya, hanya film-film dari Hongkong, Korea Selatan dan Jepang yang dijual untuk diproduksi ulang (remake). Kini datang gilirannya untuk Bangkok," kata Apriaradee Iamphungphun, Direktur Pelaksana Five Star Production Co, kepada AFP. "Remake adalah langkah maju lainnya bagi film-film Thailand di pasar internasional. Langkah ini bukannya hanya menyangkut soal pemasukan dari penjualan, tetapi juga hak atas kekayaan intelektual," katanya. "Bangkok Dangerous" adalah produksi ulang film gangster 1999 yang digarap dua staradara kelahiran Hongkong, Danny dan Oxide Pang. Peraih Piala Oscar, Cage, bermain sebagai seorang pembunuh bayaran yang tertarik pada seorang wanita Thailand dan menyerahkan hidupnya pada dunia kejahatan. Kegiatan syuting film ini, yang akan dirilis paling cepat September tahun ini, akan dilakukan seluruhnya di Thailand dengan anggaran sebesar 400 juta bath atau 11,7 juta dolar. Hak untuk memproduksi ulang "6ixtynin9" (Talok Hok Kao) milik Five Star, sebuah film karya sutradara ternama Thailand, Pen-ake Ratanareung, juga telah dijual senilai beberapa dolar dan perundingan sedang berlangsung untuk menjual tiga atau empat judul lagi. Sebuah produksi ulang film horor Thailand di Amerika, "Shutter", sudah mulai melakukan kegiatan syuting di Jepang dan diharapkan akan diputar untuk para penonton Barat pada tahun depan, kata studio GMM Thai Hub. Studio itu telah menjual senilai sejuta dolar hak produksi ulang film itu, dan sudah menandatangani kesepakatan serupa untuk film horor lainnya, "Alone", yang akan mulai diproduksi pada tahun depan, tutur Yongyuth Thongkongtoon, kepala bagian internasional perusahaan itu. Dari uang penjualan ini, para sutradara Thailand akan dapat membiayai proyek baru, atau di dalam beberapa kasus untuk menutup kerugian, jika film-film mereka kurang laku untuk menarik minat penonton lokal. Prospeknya kuat Bukan hanya perusahaan Amerika saja yang tertarik pada film-film Thailand. Sebuah perusahaan Korea Selatan juga sedang memproduksi ulang film drama Thailand, "Me Mayself", sebuah film yang menuturkan kisah seorang pria gay yang jatuh cinta dengan seorang wanita setelah kehilangan ingatannya akibat kecelakaan lalu lintas. Prospek film-film Thailand di luar negeri amat kuat, termasuk kemungkinan untuk remake," kata Gilbert Lim, Wakil Presiden bidang Akuisisi dan Penjualan Sahamongkol Film. "Kami menjual keunikan dan kualitas film Thailand yang baik," kata Yongyuth, mengamini Lim. (*)
Copyright © ANTARA 2007