Quanzhou, China (ANTARA News) - Warga Tiongkok di Kampung Bali Nansan, Quanzhou, Provinsi Fujian, ingin mendekatkan hubungan Indonesia dan China lebih erat dengan mengenalkan kesenian Pulau Dewata kepada masyarakat setempat yang akan dipentaskan di taman budaya desa setempat.

"Wilayah ini diharapkan akan menjadi media promosi kepada masyarakat untuk berkunjung ke Bali," kata Ketua Perhimpunan Perantau Tionghoa Chen Jin Hoa kepada awak media dari Bali saat mengunjungi kampung tersebut di Kecamatan Luojiang, Quanzhou, Provinsi Fujian, Jumat.

Menurut dia, keinginan warga Tiongkok tersebut bertujuan untuk mengenalkan seni budaya Pulau Dewata karena tidak ingin melupakan asal usul mereka yang lahir di Bali.

Chen lebih lanjut menjelaskan warga Kampung Bali Nansan menginisiasi pembangunan Taman Budaya Bali dengan anggaran tahap pertama dari Pemerintah China sekitar 2,5 juta yuan.

Taman tersebut memiliki luas sekitar 5.000 meter persegi yang terletak di bagian belakang kampung unik tersebut.



Sementara itu Ketua Kampung Bali Nansan Se Poh mengatakan nantinya pembangunan taman budaya itu akan dibentuk layaknya dekorasi khas Pulau Dewata di antaranya desain ukiran hingga pernak-pernik yang biasanya ditemukan di Bali.

Pria dengan kepala pelontos yang akrab disapa Uu itu mengharapkan dukungan dari masyarakat termasuk pemerintah daerah di Indonesia khususnya Bali karena pihaknya mengalami kendala untuk memenuhi kelengkapan sarana yang sesuai dengan budaya Pulau Dewata.

"Untuk dana saat ini tidak ada masalah tetapi mencari materi sesuai dengan Bali itu yang susah agar kami tidak menyalahi adat istiadat Bali, " ucapnya.

Pihaknya juga mengharapkan bantuan tenaga pengajar seni tari dan bahasa dari Bali agar generasi mereka selanjutnya mengenal Pulau Dewata.

Beberapa waktu lalu, kata dia, sejumlah tenaga pengajar tari Legong dari Bali sempat bertandang ke kampung tersebut namun hanya berlangsung singkat sekitar dua minggu.

Selain mengisi kerinduan tentang Bali, pria yang memiliki orang tua keturunan Tionghoa kelahiran Temukus, Buleleng, itu mengaku pementasan budaya itu nantinya diharapkan mendukung pariwisata Bali sekaligus mempererat hubungan kedua negara.

Di kampung dengan luas lahan sekitar 2,5 kilometer persegi dan luas bangunan sekitar 15 ribu meter persegi tersebut saat ini dihuni sekitar 600 jiwa, 10 orang di antaranya merupakan orang asli Bali yang kebanyakan adalah perempuan menikah dengan orang Tiongkok.

Di kota Quanzhou sendiri, kampung Bali Nansan terlihat unik

dengan candi bentar khas Bali lengkap dengan "pelinggih" atau tempat pemujaan umat Hindu di kiri kanan pintu gerbang masuk.

Suasana di sekitar kampung tersebut cukup asri dan sejuk mengingat berada di kaki bukit Qingyuan.

Tidak seperti kampung biasanya, kampung Bali Nansan itu berdiri megah beberapa blok apartemen dan dilengkapi dengan sistem keamanan "cluster" untuk rumah susun.

Kampung tersebut didirikan pemerintah Tiongkok yang diberikan khusus bagi warga keturunan Tionghoa di Bali yang memilih kembali ke China pada tahun 1960`an.

Sebagian besar warga yang menghuni kampung itu berasal dari Buleleng dan Tabanan serta beberapa lainnya dari Bali seperti Badung.

Pemerintah setempat memberikan lahan seluas sekitar 120 meter persegi secara gratis bagi warga dengan ekonomi mampu namun bangunan rumah dan fasilitas dibangun mandiri.

Sedangkan bagi warga dengan ekonomi menengah ke bawah diberikan fasilitas rumah siap huni di rumah susun seluas sekitar 90 meter persegi dengan harga subsidi saat itu mencapai sekitar 688 yuan per meter persegi.

Harga tersebut jauh lebih murah dibandingkan harga pasar mencapai sekitar 6.000 hingga 8.000 yuan per meter persegi.

Meski berada jauh dari Bali, namun mereka masih tetap mempertahankan tradisi Pulau Dewata seperti menari, bernyanyi, memasak makanan khas serta berkomunikasi sehari-hari dengan bahasa Bali.





(T.KR-WGN/B/I006/I006) 04-05-2018 14:55:58

Pewarta: Dewa Wiguna
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2018