Denpasar (ANTARA News) - Sedikitnya 36 seniman Bali dan dari sejumlah daerah di Indonesia akan memamerkan karyanya pada pameran menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke-25 Museum Neka di Perkampungan seniman Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. "Dalam pameran bersama yang direncanakan dibuka Menbudpar Jero Wacik tersebut masing-masing seniman menampilkan sebuah karya seni yang mengangkat tema seni budaya dan kehidupan sosial kemasyarakatan," kata Pemilik Museum Neka Ubud, Pande Wayan Suteja Neka, Kamis. Ia mengatakan, pameran direncanakan dibuka Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik Minggu (22/7), bersamaan dengan pameran 218 keris pusaka dan peluncuran dua buku yang diterbitkan Museum Neka. Pameran berlangsung selama sebulan, setelah pameran serupa sebelumnya dinilai cukup sukses pada Pebruari lalu. Neka menjelaskan, dalam kaitan HUT ke-25 Museum Neka telah digelar pameran yang melibatkan 24 orang dari kalangan dosen, mahasiswa dan alumni Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja. Pameran bersama selama sebulan mengangkat tema pendidikan seni rupa itu merupakan kerjasama Museum Neka dengan Undiksha yang telah terjalin sejak lama sebagai bagian mengemban misi pendidikan bagi masyarakat. "Museum Neka terbuka bersinergi dengan lembaga lain dalam mengelola kegiatan yang bersifat pendidikan kemasyarakatan," ujar Suteja Neka. Museum Neka yang diresmikan 7 Juli 1982 oleh Mendikbud saat itu, Dr Daoed Joesoef, mempunyai 413 koleksi terdiri atas lukisan klasik wayang gaya kamasan, lukisan gaya Ubud, batuan, lukisan karya Arie Smith, lukisan kontemporer Bali serta karya-karya seni lukis kontemporer Indonesia dan mancanegara. Koleksi tersebut terus bertambah, karena sejak awal berdiri hanya mengoleksi 100 karya seni di atas kanvas. Bangunan museum seluas 2.850 meter persegi di atas lahan 9.150 meter persegi di tebing Sungai Campuhan, Ubud itu, terdiri atas tujuh gedung. Masing-masing gedung dibagi menjadi ruangan-ruangan dan tiap ruangan diisi koleksi yang menggambarkan sejarah perjalanan seni lukis di Bali. "Dengan menelusuri ruang demi ruangan museum Neka, pengunjung sudah mendapat referensi yang cukup tentang sejarah seni lukis Bali dan Indonesia pada umumnya," tutur seniman kelahiran Peliatan, Ubud ini. Museum Neka juga dilengkapi perpustakaan dengan koleksi 2.000 judul buku khusus menyangkut seni dan budaya, yang bermanfaat bagi seniman dan mahasiswa mendalami masalah seni dan budaya. Kini Museum Neka berupaya membenahi diri dalam "perjalanannya" dengan harapan mampu memenuhi apa yang menjadi "Dharma" sebuah museum. Upaya itu antara lain, menyediakan ruangan pameran bagi para seniman lukis maupun patung, disamping menerbitkan buku-buku seni dan budaya, demikian Suteja Neka.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007