Washington (ANTARA News) - Seorang bekas pegawai Gedung Putih dan pengamat FBI pada Rabu dijatuhi hukuman 10 tahun penjara karena memberikan rahasia AS pada komplotan di negara asalnya Filipina yang ingin menggulingkan Presiden Gloria Arroyo. Leandro Aragoncillo, seorang penerima kewarganegaraan Amerika berusia 48 tahun yang juga bertugas dalam kesatuan marinir, mengaku bersalah Mei tahun lalu karena memberikan informasi rahasia pada tokoh oposisi Filipina dalam upaya untuk menggulingkan pemerintah Arroyo. "Penghukuman Leandro Aragoncillo itu mengakhiri cerita yang membahayakan dan memalukan mengenai bagaimana seorang staf FBI dan marinir AS yang dulunya dapat dipercaya dapat berubah menjadi musuh rakyat Amerika dan pandangan hidup Amerika," kata agen penting Biro Penyelidik Federal (FBI) dalam kasus itu, Weysan Dun. "Aragoncillo dan pengikutnya, Michael Ray Aquino, telah sampai pada lingkaran penuh dalam sistim pengadilan, dan bagi mereka lingkaran itu berakhir di sebuah penjara federal," katanya. Aragoncillo dan Aquino, seorang bekas pejabat polisi nasional Filipina, ditangkap pada September 2005. Aquino termasuk di antara orang yang Aragoncillo katakan telah memberikan informasi rahasia itu. Aquino telah dihukum Selasa oleh hakim distrik yang sama di New Jersey selama 76 bulan di penjara federal setelah mengaku bersalah karena kepemilikan dan penguasaan secara tidak sah dokumen dan informasi yang berkaitan dengan pertahanan nasional AS. Aragoncillo mengaku bersalah atas empat tuduhan berkonspirasi untuk mengirim rahasia AS, pengiriman rahasia, penguasaan tidak sah rahasia dan penggunaan tidak sah sebuah komputer pemerintah. Ia juga didenda 40.000 dolar karena tindakannya, yang mencakup pencurian informasi rahasia dari sekitar Oktober 2000 hingga Februari 2002, pertama di bawah Al Gore dan kemudian Dick Cheney. Beberapa dari informasi itu telah ditandai "sangat rahasia" dan berkaitan dengan ancaman teroris terhadap kepentingan pemerintah Amerika di Filipina, kata departemen kehakiman (DoJ). Aragoncillo mengaku bahwa kegiatan spionasenya berlanjut pada waktunya sebagai analis intelijen FBI setelah ia meninggalkan Gedung Putih, menurut DoJ. "Orang yang ditugasi melindungi negara memiliki tanggungjawab khusus untuk mempertahankan sumpah mereka untuk setia pada AS," kata wakil jaksa agung Kenneth Wainstein. "Sebagai seorang bekas marinir AS dan analis FBI, Aragoncillo telah mengkhianati sumpah itu, melanggar undang-undang spionase kita, dan sekarang harus menerima konsekuensi dari tindakannya," ia mengatakan dikutip AFP.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007