Jakarta (ANTARA News) - Arus investasi jangka pendek yang keluar sementara (hot money) dalam beberapa pekan terakhir diyakini akan kembali ke pasar saham dan obligasi Indonesia karena imbal hasil dan fundamental ekonomi domestik lebih menarik, kata Bank Indonesia.
"Investor masih setia. Kami meyakini penyesuaian portofolio oleh asing akan selalu kembali ke Indonesia seperti pengalaman-pengalaman `outflow` sebelumnya," kata Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah di Jakarta, Jumat.
Nanang mengakui memang ada dana keluar (outflow) yang cukup deras dalam beberapa pekan terakhir, terutama dipicu kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS, Treasury Bill tenor 10 tahun, yang bergerak di kisaran 2,9-3 persen.
Namun dia enggan merinci berapa dana keluar tersebut, maupun portofolio investasi tersebut.
Saat ini, imbal hasil SUN bertenor 10 tahun bergerak di kisaran 6,9 persen. Angka itu, kata Nanang, jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara "emerging markets" lainnya.
"Dengan `yield` yang menarik, itu akan membuat Indonesia lebih menarik. Tantangannya adalah bagaiaman investor ini tetap terus di Indonesia. Caranya adalah memastikan kebijakan moneter dan fiskal Indonesia ini kredibel dan konsisten," ujar dia.
Kebijakan moneter, kata Nanang, yang berhasil mengarahkan inflasi ke rentang bawah dalam sasaran inflasi BI di 2,5-4,5 persen (yoy), ditambah dengan pemerintah yang mengendalikan defisit APBN di bawah tiga persen, akan menambah kepercayaan investor.
Saat ini, kata Nanang, tekanan modal keluar memang telah membuat rupiah melemah. Tingkat volatilitas pergerakan rupiah hingga 4 Mei 2018, kata Nanang, sebesar 5,7 persen (ytd).
Baca juga: Bank Indonesia menyebut volatilitas rupiah 5,7 persen masih rendah
Baca juga: BI: Volatilitas rupiah karena kebijakan moneter AS
"BI intervensi hanya untuk memperlunak volatilitas (smoothing volatility). Jadi tidak usah panik," kata Nanang.
Bank Sentral, kata Doddy, terus menggencarkan dual intervensi di pasar valas dan juga Surat Berharga Negara (SBN).
Nilai tukar rupiah pada Jumat ini menujukkan penguatan. Kurs Refrensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor) yang diumumkan BI pada Jumat ini memperlihatkan rupiah diperdagangkan di Rp13.943 per dolar AS atau menguat 22 poin dari Kamis (3/5) yang sebesar Rp13.965 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah jumat sore melemah tipis ke Rp13.933
Baca juga: BI: cadangan devisa mencukupi untuk tahan gejolak rupiah
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018